Lihat308+ surah hud latin. 22 Surah Hajj Latin PDF. Bacaan Surat Hud Lengkap Arab Latin dan Artinya - KalI ini akan dishare teks bacaan surah Hud secara full 123 ayat dalam tulisan arab latin dan terjemahannya. Ar-Rum - 304 Copy Advanced Copy Tafsirs Share QuranReflect Bookmark. Lihat juga:latin dan surah hud latin Surah Al-Mulk 671 Blessed is الٓر ۚ كِتَٰبٌ أُحْكِمَتْ ءَايَٰتُهُۥ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِن لَّدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍArab-Latin alif lām rā, kitābun uḥkimat āyātuhụ ṡumma fuṣṣilat mil ladun ḥakīmin khabīrArtinya 1. Alif laam raa, inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّا ٱللَّهَ ۚ إِنَّنِى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌallā ta’budū illallāh, innanī lakum min-hu nażīruw wa basyīr2. agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku Muhammad adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya,وَأَنِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِى فَضْلٍ فَضْلَهُۥ ۖ وَإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍwa anistagfirụ rabbakum ṡumma tụbū ilaihi yumatti’kum matā’an ḥasanan ilā ajalim musamman wa yu`ti kulla żī faḍlin faḍlah, wa in tawallau fa innī akhāfu alaikum ażāba yauming kabīr3. dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Jika kamu mengerjakan yang demikian, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik terus menerus kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan balasan keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌilallāhi marji’ukum, wa huwa alā kulli syai`ing qadīr4. Kepada Allah-lah kembalimu, dan Dia Maha Kuasa atas segala إِنَّهُمْ يَثْنُونَ صُدُورَهُمْ لِيَسْتَخْفُوا۟ مِنْهُ ۚ أَلَا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ ۚ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِalā innahum yaṡnụna ṣudụrahum liyastakhfụ min-h, alā ḥīna yastagsyụna ṡiyābahum ya’lamu mā yusirrụna wa mā yu’linụn, innahụ alīmum biżātiṣ-ṣudụr5. Ingatlah, sesungguhnya orang munafik itu memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya Muhammad. Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍwa mā min dābbatin fil-arḍi illā alallāhi rizquhā wa ya’lamu mustaqarrahā wa mustauda’ahā, kullun fī kitābim mubīn6. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata Lauh mahfuzh.وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُۥ عَلَى ٱلْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِنۢ بَعْدِ ٱلْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِنْ هَٰذَآ إِلَّا سِحْرٌ مُّبِينٌwa huwallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmiw wa kāna arsyuhụ alal-mā`i liyabluwakum ayyukum aḥsanu amalā, wa la`ing qulta innakum mab’ụṡụna mim ba’dil-mauti layaqụlannallażīna kafarū in hāżā illā siḥrum mubīn7. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya sebelum itu di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata kepada penduduk Mekah “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ ٱلْعَذَابَ إِلَىٰٓ أُمَّةٍ مَّعْدُودَةٍ لَّيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُۥٓ ۗ أَلَا يَوْمَ يَأْتِيهِمْ لَيْسَ مَصْرُوفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَwa la`in akhkharnā an-humul-ażāba ilā ummatim ma’dụdatil layaqụlunna mā yaḥbisuh, alā yauma ya`tīhim laisa maṣrụfan an-hum wa ḥāqa bihim mā kānụ bihī yastahzi`ụn8. Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu waktu yang ditentukan. niscaya mereka akan berkata “Apakah yang menghalanginya?” lngatlah, diwaktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka selalu أَذَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَٰهَا مِنْهُ إِنَّهُۥ لَيَـُٔوسٌ كَفُورٌwa la`in ażaqnal-insāna minnā raḥmatan ṡumma naza’nāhā min-h, innahụ laya`ụsung kafụr9. Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat nikmat dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima أَذَقْنَٰهُ نَعْمَآءَ بَعْدَ ضَرَّآءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ ٱلسَّيِّـَٔاتُ عَنِّىٓ ۚ إِنَّهُۥ لَفَرِحٌ فَخُورٌwa la`in ażaqnāhu na’mā`a ba’da ḍarrā`a massat-hu layaqụlanna żahabas-sayyi`ātu annī, innahụ lafariḥun fakhụr10. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata “Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku”; sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga,إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌArab-Latin illallażīna ṣabarụ wa amiluṣ-ṣāliḥāt, ulā`ika lahum magfiratuw wa ajrung kabīrArtinya 11. kecuali orang-orang yang sabar terhadap bencana, dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang تَارِكٌۢ بَعْضَ مَا يُوحَىٰٓ إِلَيْكَ وَضَآئِقٌۢ بِهِۦ صَدْرُكَ أَن يَقُولُوا۟ لَوْلَآ أُنزِلَ عَلَيْهِ كَنزٌ أَوْ جَآءَ مَعَهُۥ مَلَكٌ ۚ إِنَّمَآ أَنتَ نَذِيرٌ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌfa la’allaka tārikum ba’ḍa mā yụḥā ilaika wa ḍā`iqum bihī ṣadruka ay yaqụlụ lau lā unzila alaihi kanzun au jā`a ma’ahụ malak, innamā anta nażīr, wallāhu alā kulli syai`iw wakīl12. Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan “Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan kekayaan atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala يَقُولُونَ ٱفْتَرَىٰهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا۟ بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِۦ مُفْتَرَيَٰتٍ وَٱدْعُوا۟ مَنِ ٱسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَam yaqụlụnaftarāh, qul fa`tụ bi’asyri suwarim miṡlihī muftarayātiw wad’ụ manistaṭa’tum min dụnillāhi ing kuntum ṣādiqīn13. Bahkan mereka mengatakan “Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu”, Katakanlah “Kalau demikian, maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”.فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكُمْ فَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَآ أُنزِلَ بِعِلْمِ ٱللَّهِ وَأَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَfa il lam yastajībụ lakum fa’lamū annamā unzila bi’ilmillāhi wa al lā ilāha illā huw, fa hal antum muslimụn14. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu ajakanmu itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri kepada Allah?مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَmang kāna yurīdul-ḥayātad-dun-yā wa zīnatahā nuwaffi ilaihim a’mālahum fīhā wa hum fīhā lā yubkhasụn15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَulā`ikallażīna laisa lahum fil-ākhirati illan-nāru wa ḥabiṭa mā ṣana’ụ fīhā wa bāṭilum mā kānụ ya’malụn16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِۦ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِن قَبْلِهِۦ كِتَٰبُ مُوسَىٰٓ إِمَامًا وَرَحْمَةً ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ مِنَ ٱلْأَحْزَابِ فَٱلنَّارُ مَوْعِدُهُۥ ۚ فَلَا تَكُ فِى مِرْيَةٍ مِّنْهُ ۚ إِنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَa fa mang kāna alā bayyinatim mir rabbihī wa yatlụhu syāhidum min-hu wa ming qablihī kitābu mụsā imāmaw wa raḥmah, ulā`ika yu`minụna bih, wa may yakfur bihī minal-aḥzābi fan-nāru mau’iduhụ fa lā taku fī miryatim min-hu innahul-ḥaqqu mir rabbika wa lākinna akṡaran-nāsi lā yu`minụn17. Apakah orang-orang kafir itu sama dengan orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata Al Quran dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi Muhammad dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Quran. Dan barangsiapa di antara mereka orang-orang Quraisy dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمْ وَيَقُولُ ٱلْأَشْهَٰدُ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمْ ۚ أَلَا لَعْنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَwa man aẓlamu mim maniftarā alallāhi każibā, ulā`ika yu’raḍụna alā rabbihim wa yaqụlul-asy-hādu hā`ulā`illażīna każabụ alā rabbihim, alā la’natullāhi alaẓ-ẓālimīn18. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan para saksi akan berkata “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka”. Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang-orang yang zalim,ٱلَّذِينَ يَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا وَهُم بِٱلْءَاخِرَةِ هُمْ كَٰفِرُونَallażīna yaṣuddụna an sabīlillāhi wa yabgụnahā iwajā, wa hum bil-ākhirati hum kāfirụn19. yaitu orang-orang yang menghalangi manusia dari jalan Allah dan menghendaki supaya jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari لَمْ يَكُونُوا۟ مُعْجِزِينَ فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا كَانَ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنْ أَوْلِيَآءَ ۘ يُضَٰعَفُ لَهُمُ ٱلْعَذَابُ ۚ مَا كَانُوا۟ يَسْتَطِيعُونَ ٱلسَّمْعَ وَمَا كَانُوا۟ يُبْصِرُونَulā`ika lam yakụnụ mu’jizīna fil-arḍi wa mā kāna lahum min dụnillāhi min auliyā`, yuḍā’afu lahumul-ażāb, mā kānụ yastaṭī’ụnas-sam’a wa mā kānụ yubṣirụn20. Orang-orang itu tidak mampu menghalang-halangi Allah untuk mengazab mereka di bumi ini, dan sekali-kali tidak adalah bagi mereka penolong selain Allah. Siksaan itu dilipat gandakan kepada mereka. Mereka selalu tidak dapat mendengar kebenaran dan mereka selalu tidak dapat melihatnya.أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَArab-Latin ulā`ikallażīna khasirū anfusahum wa ḍalla an-hum mā kānụ yaftarụnArtinya 21. Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, dan lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka جَرَمَ أَنَّهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ هُمُ ٱلْأَخْسَرُونَlā jarama annahum fil-ākhirati humul-akhsarụn22. Pasti mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَخْبَتُوٓا۟ إِلَىٰ رَبِّهِمْ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَinnallażīna āmanụ wa amiluṣ-ṣāliḥāti wa akhbatū ilā rabbihim ulā`ika aṣ-ḥābul-jannah, hum fīhā khālidụn23. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di مَثَلُ ٱلْفَرِيقَيْنِ كَٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْأَصَمِّ وَٱلْبَصِيرِ وَٱلسَّمِيعِ ۚ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَmaṡalul-farīqaini kal-a’mā wal-aṣammi wal-baṣīri was-samī’, hal yastawiyāni maṡalā, a fa lā tażakkarụn24. Perbandingan kedua golongan itu orang-orang kafir dan orang-orang mukmin, seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran daripada perbandingan itu?وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌwa laqad arsalnā nụḥan ilā qaumihī innī lakum nażīrum mubīn25. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, dia berkata “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu,أَن لَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍal lā ta’budū illallāh, innī akhāfu alaikum ażāba yaumin alīm26. agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang sangat menyedihkan”.فَقَالَ ٱلْمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَوْمِهِۦ مَا نَرَىٰكَ إِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِىَ ٱلرَّأْىِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍۭ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَٰذِبِينَfa qālal-mala`ullażīna kafarụ ming qaumihī mā narāka illā basyaram miṡlanā wa mā narākattaba’aka illallażīna hum arāżilunā bādiyar-ra`y, wa mā narā lakum alainā min faḍlim bal naẓunnukum kāżibīn27. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya “Kami tidak melihat kamu, melainkan sebagai seorang manusia biasa seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta”.قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَءَاتَىٰنِى رَحْمَةً مِّنْ عِندِهِۦ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْ أَنُلْزِمُكُمُوهَا وَأَنتُمْ لَهَا كَٰرِهُونَqāla yā qaumi a ra`aitum ing kuntu alā bayyinatim mir rabbī wa ātānī raḥmatam min indihī fa ummiyat alaikum, a nulzimukumụhā wa antum lahā kārihụn28. Berkata Nuh “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?”وَيَٰقَوْمِ لَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ ۚ وَمَآ أَنَا۠ بِطَارِدِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ۚ إِنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَلَٰكِنِّىٓ أَرَىٰكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَwa yā qaumi lā as`alukum alaihi mālā, in ajriya illā alallāhi wa mā ana biṭāridillażīna āmanụ, innahum mulāqụ rabbihim wa lākinnī arākum qauman taj-halụn29. Dan dia berkata “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu sebagai upah bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui”.وَيَٰقَوْمِ مَن يَنصُرُنِى مِنَ ٱللَّهِ إِن طَرَدتُّهُمْ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَwa yā qaumi may yanṣurunī minallāhi in ṭarattuhum, a fa lā tażakkarụn30. Dan dia berkata “Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari azab Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?وَلَآ أَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ وَلَآ أَقُولُ إِنِّى مَلَكٌ وَلَآ أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزْدَرِىٓ أَعْيُنُكُمْ لَن يُؤْتِيَهُمُ ٱللَّهُ خَيْرًا ۖ ٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا فِىٓ أَنفُسِهِمْ ۖ إِنِّىٓ إِذًا لَّمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَArab-Latin wa lā aqụlu lakum indī khazā`inullāhi wa lā a’lamul-gaiba wa lā aqụlu innī malakuw wa lā aqụlu lillażīna tazdarī a’yunukum lay yu`tiyahumullāhu khairā, allāhu a’lamu bimā fī anfusihim, innī iżal laminaẓ-ẓālimīnArtinya 31. Dan aku tidak mengatakan kepada kamu bahwa “Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib”, dan tidak pula aku mengatakan “Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat”, dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu “Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka”. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang يَٰنُوحُ قَدْ جَٰدَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَٰلَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَqālụ yā nụḥu qad jādaltana fa akṡarta jidālana fa`tinā bimā ta’idunā ing kunta minaṣ-ṣādiqīn32. Mereka berkata “Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.قَالَ إِنَّمَا يَأْتِيكُم بِهِ ٱللَّهُ إِن شَآءَ وَمَآ أَنتُم بِمُعْجِزِينَqāla innamā ya`tīkum bihillāhu in syā`a wa mā antum bimu’jizīn33. Nuh menjawab “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan يَنفَعُكُمْ نُصْحِىٓ إِنْ أَرَدتُّ أَنْ أَنصَحَ لَكُمْ إِن كَانَ ٱللَّهُ يُرِيدُ أَن يُغْوِيَكُمْ ۚ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَwa lā yanfa’ukum nuṣ-ḥī in arattu an anṣaḥa lakum ing kānallāhu yurīdu ay yugwiyakum, huwa rabbukum, wa ilaihi turja’ụn34. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.أَمْ يَقُولُونَ ٱفْتَرَىٰهُ ۖ قُلْ إِنِ ٱفْتَرَيْتُهُۥ فَعَلَىَّ إِجْرَامِى وَأَنَا۠ بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُجْرِمُونَam yaqụlụnaftarāh, qul iniftaraituhụ fa alayya ijrāmī wa ana barī`um mimmā tujrimụn35. Malahan kaum Nuh itu berkata “Dia cuma membuat-buat nasihatnya saja”. Katakanlah “Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat”.وَأُوحِىَ إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُۥ لَن يُؤْمِنَ مِن قَوْمِكَ إِلَّا مَن قَدْ ءَامَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَwa ụḥiya ilā nụḥin annahụ lay yu`mina ming qaumika illā mang qad āmana fa lā tabta`is bimā kānụ yaf’alụn36. Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman saja, karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka ٱلْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَٰطِبْنِى فِى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ ۚ إِنَّهُم مُّغْرَقُونَwaṣna’il-fulka bi`a’yuninā wa waḥyinā wa lā tukhāṭibnī fillażīna ẓalamụ, innahum mugraqụn37. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ٱلْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِّن قَوْمِهِۦ سَخِرُوا۟ مِنْهُ ۚ قَالَ إِن تَسْخَرُوا۟ مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَwa yaṣna’ul-fulk, wa kullamā marra alaihi mala`um ming qaumihī sakhirụ min-h, qāla in taskharụ minnā fa innā naskharu mingkum kamā taskharụn38. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh “Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami.فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُّقِيمٌfa saufa ta’lamụna may ya`tīhi ażābuy yukhzīhi wa yaḥillu alaihi ażābum muqīm39. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal”.حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَمْرُنَا وَفَارَ ٱلتَّنُّورُ قُلْنَا ٱحْمِلْ فِيهَا مِن كُلٍّ زَوْجَيْنِ ٱثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيْهِ ٱلْقَوْلُ وَمَنْ ءَامَنَ ۚ وَمَآ ءَامَنَ مَعَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلٌḥattā iżā jā`a amrunā wa fārat-tannụru qulnaḥmil fīhā ming kullin zaujainiṡnaini wa ahlaka illā man sabaqa alaihil-qaulu wa man āman, wa mā āmana ma’ahū illā qalīl40. Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang jantan dan betina, dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan muatkan pula orang-orang yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali وَقَالَ ٱرْكَبُوا۟ فِيهَا بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى لَغَفُورٌ رَّحِيمٌArab-Latin wa qālarkabụ fīhā bismillāhi majrhā wa mursāhā, inna rabbī lagafụrur raḥīmArtinya 41. Dan Nuh berkata “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya”. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَwa hiya tajrī bihim fī maujing kal-jibāl, wa nādā nụḥunibnahụ wa kāna fī ma’ziliy yā bunayyarkam ma’anā wa lā takum ma’al-kāfirīn42. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil “Hai anakku, naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”.قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَqāla sa`āwī ilā jabaliy ya’ṣimunī minal-mā`, qāla lā āṣimal-yauma min amrillāhi illā mar raḥim, wa ḥāla bainahumal-mauju fa kāna minal-mugraqīn43. Anaknya menjawab “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah saja Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang يَٰٓأَرْضُ ٱبْلَعِى مَآءَكِ وَيَٰسَمَآءُ أَقْلِعِى وَغِيضَ ٱلْمَآءُ وَقُضِىَ ٱلْأَمْرُ وَٱسْتَوَتْ عَلَى ٱلْجُودِىِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِّلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَwa qīla yā arḍubla’ī mā`aki wa yā samā`u aqli’ī wa gīḍal-mā`u wa quḍiyal-amru wastawat alal-jụdiyyi wa qīla bu’dal lil-qaumiẓ-ẓālimīn44. Dan difirmankan “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit hujan berhentilah,” dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan “Binasalah orang-orang yang zalim”.وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَwa nādā nụḥur rabbahụ fa qāla rabbi innabnī min ahlī, wa inna wa’dakal-ḥaqqu wa anta aḥkamul-ḥākimīn45. Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya”.قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَqāla yā nụḥu innahụ laisa min ahlik, innahụ amalun gairu ṣāliḥin fa lā tas`alni mā laisa laka bihī ilm, innī a’iẓuka an takụna minal-jāhilīn46. Allah berfirman “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu yang dijanjikan akan diselamatkan, sesungguhnya perbuatannya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”.قَالَ رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَqāla rabbi innī a’ụżu bika an as`alaka mā laisa lī bihī ilm, wa illā tagfir lī wa tar-ḥamnī akum minal-khāsirīn47. Nuh berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui hakekatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi”.قِيلَ يَٰنُوحُ ٱهْبِطْ بِسَلَٰمٍ مِّنَّا وَبَرَكَٰتٍ عَلَيْكَ وَعَلَىٰٓ أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ ۚ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌqīla yā nụḥuhbiṭ bisalāmim minnā wa barakātin alaika wa alā umamim mim mam ma’ak, wa umamun sanumatti’uhum ṡumma yamassuhum minnā ażābun alīm48. Difirmankan “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat yang mukmin dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka dalam kehidupan dunia, kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami”.تِلْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلْغَيْبِ نُوحِيهَآ إِلَيْكَ ۖ مَا كُنتَ تَعْلَمُهَآ أَنتَ وَلَا قَوْمُكَ مِن قَبْلِ هَٰذَا ۖ فَٱصْبِرْ ۖ إِنَّ ٱلْعَٰقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَtilka min ambā`il-gaibi nụḥīhā ilaīk, mā kunta ta’lamuhā anta wa lā qaumuka ming qabli hāżā, faṣbir, innal-āqibata lil-muttaqīn49. Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu Muhammad; tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak pula kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۖ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا مُفْتَرُونَwa ilā ādin akhāhum hụdā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, in antum illā muftarụn50. Dan kepada kaum Ad Kami utus saudara mereka, Huud. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan لَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَى ٱلَّذِى فَطَرَنِىٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَArab-Latin yā qaumi lā as`alukum alaihi ajrā, in ajriya illā alallażī faṭaranī, a fa lā ta’qilụnArtinya 51. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkannya?”وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَwa yā qaumistagfirụ rabbakum ṡumma tụbū ilaihi yursilis-samā`a alaikum midrāraw wa yazidkum quwwatan ilā quwwatikum wa lā tatawallau mujrimīn52. Dan dia berkata “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”.قَالُوا۟ يَٰهُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِىٓ ءَالِهَتِنَا عَن قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَqālụ yā hụdu mā ji`tanā bibayyinatiw wa mā naḥnu bitārikī ālihatinā ang qaulika wa mā naḥnu laka bimu`minīn53. Kaum Ad berkata “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai نَّقُولُ إِلَّا ٱعْتَرَىٰكَ بَعْضُ ءَالِهَتِنَا بِسُوٓءٍ ۗ قَالَ إِنِّىٓ أُشْهِدُ ٱللَّهَ وَٱشْهَدُوٓا۟ أَنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَin naqụlu illa’tarāka ba’ḍu ālihatinā bisū`, qāla innī usy-hidullāha wasy-hadū annī barī`um mimmā tusyrikụn54. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu”. Huud menjawab “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan,مِن دُونِهِۦ ۖ فَكِيدُونِى جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنظِرُونِmin dụnihī fa kīdụnī jamī’an ṡumma lā tunẓirụn55. dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh تَوَكَّلْتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّى وَرَبِّكُم ۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍinnī tawakkaltu alallāhi rabbī wa rabbikum, mā min dābbatin illā huwa ākhiżum bināṣiyatihā, inna rabbī alā ṣirāṭim mustaqīm56. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus”.فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقَدْ أَبْلَغْتُكُم مَّآ أُرْسِلْتُ بِهِۦٓ إِلَيْكُمْ ۚ وَيَسْتَخْلِفُ رَبِّى قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّونَهُۥ شَيْـًٔا ۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَفِيظٌfa in tawallau fa qad ablagtukum mā ursiltu bihī ilaikum, wa yastakhlifu rabbī qauman gairakum, wa lā taḍurrụnahụ syai`ā, inna rabbī alā kulli syai`in ḥafīẓ57. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa amanat yang aku diutus untuk menyampaikannya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang lain dari kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَنَجَّيْنَٰهُم مِّنْ عَذَابٍ غَلِيظٍwa lammā jā`a amrunā najjainā hụdaw wallażīna āmanụ ma’ahụ biraḥmatim minnā, wa najjaināhum min ażābin galīẓ58. Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Huud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan pula mereka di akhirat dari azab yang عَادٌ ۖ جَحَدُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا۟ رُسُلَهُۥ وَٱتَّبَعُوٓا۟ أَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيدٍwa tilka ādun jaḥadụ bi`āyāti rabbihim wa aṣau rusulahụ wattaba’ū amra kulli jabbārin anīd59. Dan itulah kisah kaum Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang kebenaran.وَأُتْبِعُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا لَعْنَةً وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ أَلَآ إِنَّ عَادًا كَفَرُوا۟ رَبَّهُمْ ۗ أَلَا بُعْدًا لِّعَادٍ قَوْمِ هُودٍwa utbi’ụ fī hāżihid-dun-yā la’nataw wa yaumal-qiyāmah, alā inna ādang kafarụ rabbahum, alā bu’dal li’āding qaumi hụd60. Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan begitu pula di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum Ad yaitu kaum Huud وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَٱسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُّجِيبٌArab-Latin wa ilā ṡamụda akhāhum ṣāliḥā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, huwa ansya`akum minal-arḍi wasta’marakum fīhā fastagfirụhu ṡumma tụbū ilaīh, inna rabbī qarībum mujībArtinya 61. Dan kepada Tsamud Kami utus saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat rahmat-Nya lagi memperkenankan doa hamba-Nya”.قَالُوا۟ يَٰصَٰلِحُ قَدْ كُنتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَٰذَآ ۖ أَتَنْهَىٰنَآ أَن نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِى شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ مُرِيبٍqālụ yā ṣāliḥu qad kunta fīnā marjuwwang qabla hāżā a tan-hānā an na’buda mā ya’budu ābā`unā wa innanā lafī syakkim mimmā tad’ụnā ilaihi murīb62. Kaum Tsamud berkata “Hai Shaleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami”.قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَءَاتَىٰنِى مِنْهُ رَحْمَةً فَمَن يَنصُرُنِى مِنَ ٱللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُۥ ۖ فَمَا تَزِيدُونَنِى غَيْرَ تَخْسِيرٍqāla yā qaumi a ra`aitum ing kuntu alā bayyinatim mir rabbī, wa ātānī min-hu raḥmatan fa may yanṣurunī minallāhi in aṣaituh, fa mā tazīdụnanī gaira takhsīr63. Shaleh berkata “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat kenabian dari-Nya, maka siapakah yang akan menolong aku dari azab Allah jika aku mendurhakai-Nya. Sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌwa yā qaumi hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarụhā ta`kul fī arḍillāhi wa lā tamassụhā bisū`in fa ya`khużakum ażābung qarīb64. Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat yang menunjukkan kebenaran untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat”.فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا۟ فِى دَارِكُمْ ثَلَٰثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍfa aqarụhā fa qāla tamatta’ụ fī dārikum ṡalāṡata ayyām, żālika wa’dun gairu makżụb65. Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan”.فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَٰلِحًا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَمِنْ خِزْىِ يَوْمِئِذٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْعَزِيزُfa lammā jā`a amrunā najjainā ṣāliḥaw wallażīna āmanụ ma’ahụ biraḥmatim minnā wa min khizyi yaumi`iż, inna rabbaka huwal-qawiyyul-azīz66. Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-Lah yang Maha Kuat lagi Maha ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ٱلصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَwa akhażallażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu fa aṣbaḥụ fī diyārihim jāṡimīn67. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya,كَأَن لَّمْ يَغْنَوْا۟ فِيهَآ ۗ أَلَآ إِنَّ ثَمُودَا۟ كَفَرُوا۟ رَبَّهُمْ ۗ أَلَا بُعْدًا لِّثَمُودَka`al lam yagnau fīhā, alā inna ṡamụda kafarụ rabbahum, alā bu’dal liṡamụd68. seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum جَآءَتْ رُسُلُنَآ إِبْرَٰهِيمَ بِٱلْبُشْرَىٰ قَالُوا۟ سَلَٰمًا ۖ قَالَ سَلَٰمٌ ۖ فَمَا لَبِثَ أَن جَآءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍwa laqad jā`at rusulunā ibrāhīma bil-busyrā qālụ salāmā, qāla salāmun fa mā labiṡa an jā`a bi’ijlin ḥanīż69. Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami malaikat-malaikat telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan “Selamat”. Ibrahim menjawab “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang رَءَآ أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً ۚ قَالُوا۟ لَا تَخَفْ إِنَّآ أُرْسِلْنَآ إِلَىٰ قَوْمِ لُوطٍfa lammā ra`ā aidiyahum lā taṣilu ilaihi nakirahum wa aujasa min-hum khīfah, qālụ lā takhaf innā ursilnā ilā qaumi lụṭ70. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah malaikat-ma]aikat yang diutus kepada kaum Luth”.وَٱمْرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَٰهَا بِإِسْحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسْحَٰقَ يَعْقُوبَArab-Latin wamra`atuhụ qā`imatun fa ḍaḥikat fa basysyarnāhā bi`is-ḥāqa wa miw warā`i is-ḥāqa ya’qụbArtinya 71. Dan isterinya berdiri dibalik tirai lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak akan lahir puteranya Ya’ يَٰوَيْلَتَىٰٓ ءَأَلِدُ وَأَنَا۠ عَجُوزٌ وَهَٰذَا بَعْلِى شَيْخًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عَجِيبٌqālat yā wailatā a alidu wa ana ajụzuw wa hāżā ba’lī syaikhā, inna hāżā lasyai`un ajīb72. Isterinya berkata “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh”.قَالُوٓا۟ أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۖ رَحْمَتُ ٱللَّهِ وَبَرَكَٰتُهُۥ عَلَيْكُمْ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ ۚ إِنَّهُۥ حَمِيدٌ مَّجِيدٌqālū a ta’jabīna min amrillāhi raḥmatullāhi wa barakātuhụ alaikum ahlal-baīt, innahụ ḥamīdum majīd73. Para malaikat itu berkata “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? Itu adalah rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ إِبْرَٰهِيمَ ٱلرَّوْعُ وَجَآءَتْهُ ٱلْبُشْرَىٰ يُجَٰدِلُنَا فِى قَوْمِ لُوطٍfa lammā żahaba an ibrāhīmar-rau’u wa jā`at-hul-busyrā yujādilunā fī qaumi lụṭ74. Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan malaikat-malaikat Kami tentang kaum إِبْرَٰهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّٰهٌ مُّنِيبٌinna ibrāhīma laḥalīmun awwāhum munīb75. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَآ ۖ إِنَّهُۥ قَدْ جَآءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَإِنَّهُمْ ءَاتِيهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُودٍyā ibrāhīmu a’riḍ an hāżā, innahụ qad jā`a amru rabbik, wa innahum ātīhim ażābun gairu mardụd76. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat جَآءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِىٓءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَٰذَا يَوْمٌ عَصِيبٌwa lammā jā`at rusulunā lụṭan sī`a bihim wa ḍāqa bihim żar’aw wa qāla hāżā yaumun aṣīb77. Dan tatkala datang utusan-utusan Kami para malaikat itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata “Ini adalah hari yang amat sulit”.وَجَآءَهُۥ قَوْمُهُۥ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِن قَبْلُ كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ هَٰٓؤُلَآءِ بَنَاتِى هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِى ضَيْفِىٓ ۖ أَلَيْسَ مِنكُمْ رَجُلٌ رَّشِيدٌwa jā`ahụ qaumuhụ yuhra’ụna ilaīh, wa ming qablu kānụ ya’malụnas-sayyi`āt, qāla yā qaumi hā`ulā`i banatī hunna aṭ-haru lakum fattaqullāha wa lā tukhzụni fī ḍaifī, a laisa mingkum rajulur rasyīd78. Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan namaku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”قَالُوا۟ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِى بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُqālụ laqad alimta mā lanā fī banātika min ḥaqq, wa innaka lata’lamu mā nurīd79. Mereka menjawab “Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki”.قَالَ لَوْ أَنَّ لِى بِكُمْ قُوَّةً أَوْ ءَاوِىٓ إِلَىٰ رُكْنٍ شَدِيدٍqāla lau anna lī bikum quwwatan au āwī ilā ruknin syadīd80. Luth berkata “Seandainya aku ada mempunyai kekuatan untuk menolakmu atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat tentu aku lakukan”.قَالُوا۟ يَٰلُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَن يَصِلُوٓا۟ إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ ٱلَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنكُمْ أَحَدٌ إِلَّا ٱمْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُۥ مُصِيبُهَا مَآ أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ ٱلصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ ٱلصُّبْحُ بِقَرِيبٍArab-Latin qālụ yā lụṭu innā rusulu rabbika lay yaṣilū ilaika fa asri bi`ahlika biqiṭ’im minal-laili wa lā yaltafit mingkum aḥadun illamra`atak, innahụ muṣībuhā mā aṣābahum, inna mau’idahumuṣ-ṣub-h, a laisaṣ-ṣub-ḥu biqarībArtinya 81. Para utusan malaikat berkata “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”.فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍfa lammā jā`a amrunā ja’alnā āliyahā sāfilahā wa amṭarnā alaihā ḥijāratam min sijjīlim manḍụd82. Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah Kami balikkan, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,مُّسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ ۖ وَمَا هِىَ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ بِبَعِيدٍmusawwamatan inda rabbik, wa mā hiya minaẓ-ẓālimīna biba’īd83. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ وَلَا تَنقُصُوا۟ ٱلْمِكْيَالَ وَٱلْمِيزَانَ ۚ إِنِّىٓ أَرَىٰكُم بِخَيْرٍ وَإِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُّحِيطٍwa ilā madyana akhāhum syu’aibā, qāla yā qaumi’budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, wa lā tangquṣul-mikyāla wal-mīzāna innī arākum bikhairiw wa innī akhāfu alaikum ażāba yaumim muḥīṭ84. Dan kepada penduduk Mad-yan Kami utus saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik mampu dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan kiamat”.وَيَٰقَوْمِ أَوْفُوا۟ ٱلْمِكْيَالَ وَٱلْمِيزَانَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا تَبْخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَwa yā qaumi auful-mikyāla wal-mīzāna bil-qisṭi wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā`ahum wa lā ta’ṡau fil-arḍi mufsidīn85. Dan Syu’aib berkata “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat ٱللَّهِ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُم بِحَفِيظٍbaqiyyatullāhi khairul lakum ing kuntum mu`minīn, wa mā ana alaikum biḥafīẓ86. Sisa keuntungan dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu”قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُqālụ yā syu’aibu a ṣalātuka ta`muruka an natruka mā ya’budu ābā`unā au an naf’ala fī amwālinā mā nasyā`, innaka la`antal-ḥalīmur-rasyīd87. Mereka berkata “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”.قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَءَيْتُمْ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّى وَرَزَقَنِى مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَآ أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَآ أَنْهَىٰكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا ٱلْإِصْلَٰحَ مَا ٱسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِىٓ إِلَّا بِٱللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُqāla yā qaumi a ra`aitum ing kuntu alā bayyinatim mir rabbī wa razaqanī min-hu rizqan ḥasanaw wa mā urīdu an ukhālifakum ilā mā an-hākum an-h, in urīdu illal-iṣlāḥa mastaṭa’t, wa mā taufīqī illā billāh, alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb88. Syu’aib berkata “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik patutkah aku menyalahi perintah-Nya? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu dengan mengerjakan apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِىٓ أَن يُصِيبَكُم مِّثْلُ مَآ أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَٰلِحٍ ۚ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِّنكُم بِبَعِيدٍwa yā qaumi lā yajrimannakum syiqāqī ay yuṣībakum miṡlu mā aṣāba qauma nụḥin au qauma hụdin au qauma ṣāliḥ, wa mā qaumu lụṭim mingkum biba’īd89. Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak pula jauh tempatnya dari رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى رَحِيمٌ وَدُودٌwastagfirụ rabbakum ṡumma tụbū ilaīh, inna rabbī raḥīmuw wadụd90. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha يَٰشُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِّمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَىٰكَ فِينَا ضَعِيفًا ۖ وَلَوْلَا رَهْطُكَ لَرَجَمْنَٰكَ ۖ وَمَآ أَنتَ عَلَيْنَا بِعَزِيزٍArab-Latin qālụ yā syu’aibu mā nafqahu kaṡīram mimmā taqụlu wa innā lanarāka fīnā ḍa’īfā, walau lā rahṭuka larajamnāka wa mā anta alainā bi’azīzArtinya 91. Mereka berkata “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”.قَالَ يَٰقَوْمِ أَرَهْطِىٓ أَعَزُّ عَلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَٱتَّخَذْتُمُوهُ وَرَآءَكُمْ ظِهْرِيًّا ۖ إِنَّ رَبِّى بِمَا تَعْمَلُونَ مُحِيطٌqāla yā qaumi a rahṭī a’azzu alaikum minallāh, wattakhażtumụhu warā`akum ẓihriyyā, inna rabbī bimā ta’malụna muḥīṭ92. Syu’aib menjawab “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya pengetahuan Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”.وَيَٰقَوْمِ ٱعْمَلُوا۟ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّى عَٰمِلٌ ۖ سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَمَنْ هُوَ كَٰذِبٌ ۖ وَٱرْتَقِبُوٓا۟ إِنِّى مَعَكُمْ رَقِيبٌwa yā qaumi’malụ alā makānatikum innī āmil, saufa ta’lamụna may ya`tīhi ażābuy yukhzīhi wa man huwa kāżib, wartaqibū innī ma’akum raqīb93. Dan dia berkata “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat pula. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab Tuhan, sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu”.وَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَأَخَذَتِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ٱلصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَwa lammā jā`a amrunā najjainā syu’aibaw wallażīna āmanụ ma’ahụ biraḥmatim minnā, wa akhażatillażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu fa aṣbaḥụ fī diyārihim jāṡimīn94. Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di لَّمْ يَغْنَوْا۟ فِيهَآ ۗ أَلَا بُعْدًا لِّمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُka`al lam yagnau fīhā, alā bu’dal limadyana kamā ba’idat ṡamụd95. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَا وَسُلْطَٰنٍ مُّبِينٍwa laqad arsalnā mụsā bi`āyātinā wa sulṭānim mubīn96. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan tanda-tanda kekuasaan Kami dan mukjizat yang nyata,إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦ فَٱتَّبَعُوٓا۟ أَمْرَ فِرْعَوْنَ ۖ وَمَآ أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍilā fir’auna wa mala`ihī fattaba’ū amra fir’aụn, wa mā amru fir’auna birasyīd97. kepada Fir’aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, tetapi mereka mengikut perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah perintah yang قَوْمَهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فَأَوْرَدَهُمُ ٱلنَّارَ ۖ وَبِئْسَ ٱلْوِرْدُ ٱلْمَوْرُودُyaqdumu qaumahụ yaumal-qiyāmati fa auradahumun-nār, wa bi`sal-wirdul-maurụd98. Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang فِى هَٰذِهِۦ لَعْنَةً وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ بِئْسَ ٱلرِّفْدُ ٱلْمَرْفُودُwa utbi’ụ fī hāżihī la’nataw wa yaumal-qiyāmah, bi`sar-rifdul-marfụd99. Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan begitu pula di hari kiamat. La’nat itu seburuk-buruk pemberian yang مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلْقُرَىٰ نَقُصُّهُۥ عَلَيْكَ ۖ مِنْهَا قَآئِمٌ وَحَصِيدٌżālika min ambā`il-qurā naquṣṣuhụ alaika min-hā qā`imuw wa ḥaṣīd100. Itu adalah sebahagian dan berita-berita negeri yang telah dibinasakan yang Kami ceritakan kepadamu Muhammad; di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada pula yang telah ظَلَمْنَٰهُمْ وَلَٰكِن ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ۖ فَمَآ أَغْنَتْ عَنْهُمْ ءَالِهَتُهُمُ ٱلَّتِى يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ لَّمَّا جَآءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍArab-Latin wa mā ẓalamnāhum wa lākin ẓalamū anfusahum fa mā agnat an-hum ālihatuhumullatī yad’ụna min dụnillāhi min syai`il lammā jā`a amru rabbik, wa mā zādụhum gaira tatbībArtinya 101. Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan أَخْذُ رَبِّكَ إِذَآ أَخَذَ ٱلْقُرَىٰ وَهِىَ ظَٰلِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُۥٓ أَلِيمٌ شَدِيدٌwa każālika akhżu rabbika iżā akhażal-qurā wa hiya ẓālimah, inna akhżahū alīmun syadīd102. Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً لِّمَنْ خَافَ عَذَابَ ٱلْءَاخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌ مَّجْمُوعٌ لَّهُ ٱلنَّاسُ وَذَٰلِكَ يَوْمٌ مَّشْهُودٌinna fī żālika la`āyatal liman khāfa ażābal-ākhirah, żālika yaumum majmụ’ul lahun-nāsu wa żālika yaumum masy-hụd103. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk menghadapinya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan oleh segala makhluk.وَمَا نُؤَخِّرُهُۥٓ إِلَّا لِأَجَلٍ مَّعْدُودٍwa mā nu`akhkhiruhū illā li`ajalim ma’dụd104. Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ فَمِنْهُمْ شَقِىٌّ وَسَعِيدٌyauma ya`ti lā takallamu nafsun illā bi`iżnih, fa min-hum syaqiyyuw wa sa’īd105. Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang ٱلَّذِينَ شَقُوا۟ فَفِى ٱلنَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌfa ammallażīna syaqụ fa fin-nāri lahum fīhā zafīruw wa syahīq106. Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih,خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُkhālidīna fīhā mā dāmatis-samāwātu wal-arḍu illā mā syā`a rabbuk, inna rabbaka fa”ālul limā yurīd107. mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia وَأَمَّا ٱلَّذِينَ سُعِدُوا۟ فَفِى ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ ۖ عَطَآءً غَيْرَ مَجْذُوذٍwa ammallażīna su’idụ fa fil-jannati khālidīna fīhā mā dāmatis-samāwātu wal-arḍu illā mā syā`a rabbuk, aṭā`an gaira majżụż108. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain; sebagai karunia yang tiada تَكُ فِى مِرْيَةٍ مِّمَّا يَعْبُدُ هَٰٓؤُلَآءِ ۚ مَا يَعْبُدُونَ إِلَّا كَمَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُهُم مِّن قَبْلُ ۚ وَإِنَّا لَمُوَفُّوهُمْ نَصِيبَهُمْ غَيْرَ مَنقُوصٍfa lā taku fī miryatim mimmā ya’budu hā`ulā`, mā ya’budụna illā kamā ya’budu ābā`uhum ming qabl, wa innā lamuwaffụhum naṣībahum gaira mangqụṣ109. Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan terhadap mereka dengan tidak dikurangi ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ فَٱخْتُلِفَ فِيهِ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيْنَهُمْ ۚ وَإِنَّهُمْ لَفِى شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيبٍwa laqad ātainā mụsal-kitāba fakhtulifa fīh, walau lā kalimatun sabaqat mir rabbika laquḍiya bainahum, wa innahum lafī syakkim min-hu murīb110. Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu. Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. Dan sesungguhnya mereka orang-orang kafir Mekah dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al كُلًّا لَّمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ أَعْمَٰلَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا يَعْمَلُونَ خَبِيرٌArab-Latin wa inna kullal lammā layuwaffiyannahum rabbuka a’mālahum, innahụ bimā ya’malụna khabīrArtinya 111. Dan sesungguhnya kepada masing-masing mereka yang berselisih itu pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup, balasan pekerjaan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang mereka كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌfastaqim kamā umirta wa man tāba ma’aka wa lā taṭgau, innahụ bimā ta’malụna baṣīr112. Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu تَرْكَنُوٓا۟ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنْ أَوْلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَwa lā tarkanū ilallażīna ẓalamụ fa tamassakumun-nāru wa mā lakum min dụnillāhi min auliyā`a ṡumma lā tunṣarụn113. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَwa aqimiṣ-ṣalāta ṭarafayin-nahāri wa zulafam minal-laīl, innal-ḥasanāti yuż-hibnas-sayyi`āt, żālika żikrā liż-żākirīn114. Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَwaṣbir fa innallāha lā yuḍī’u ajral-muḥsinīn115. Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat كَانَ مِنَ ٱلْقُرُونِ مِن قَبْلِكُمْ أُو۟لُوا۟ بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْفَسَادِ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلًا مِّمَّنْ أَنجَيْنَا مِنْهُمْ ۗ وَٱتَّبَعَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مَآ أُتْرِفُوا۟ فِيهِ وَكَانُوا۟ مُجْرِمِينَfalau lā kāna minal-qurụni ming qablikum ulụ baqiyyatiy yan-hauna anil-fasādi fil-arḍi illā qalīlam mim man anjainā min-hum, wattaba’allażīna ẓalamụ mā utrifụ fīhi wa kānụ mujrimīn116. Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada mengerjakan kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ ٱلْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَwa mā kāna rabbuka liyuhlikal-qurā biẓulmiw wa ahluhā muṣliḥụn117. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً وَٰحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَwalau syā`a rabbuka laja’alan-nāsa ummataw wāḥidataw wa lā yazālụna mukhtalifīn118. Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجْمَعِينَillā mar raḥima rabbuk, wa liżālika khalaqahum, wa tammat kalimatu rabbika la`amla`anna jahannama minal-jinnati wan-nāsi ajma’īn119. kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu keputusan-Nya telah ditetapkan sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia yang durhaka نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِى هَٰذِهِ ٱلْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَwa kullan naquṣṣu alaika min ambā`ir-rusuli mā nuṡabbitu bihī fu`ādaka wa jā`aka fī hāżihil-ḥaqqu wa mau’iẓatuw wa żikrā lil-mu`minīn120. Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang لِّلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ٱعْمَلُوا۟ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنَّا عَٰمِلُونَArab-Latin wa qul lillażīna lā yu`minụna’malụ alā makānatikum, innā āmilụnArtinya 121. Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman “Berbuatlah menurut kemampuanmu; sesungguhnya Kami-pun berbuat pula”.وَٱنتَظِرُوٓا۟ إِنَّا مُنتَظِرُونَwantaẓirụ, innā muntaẓirụn122. Dan tunggulah akibat perbuatanmu; sesungguhnya kamipun menunggu pula”.وَلِلَّهِ غَيْبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ ٱلْأَمْرُ كُلُّهُۥ فَٱعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَwa lillāhi gaibus-samāwāti wal-arḍi wa ilaihi yurja’ul-amru kulluhụ fa’bud-hu wa tawakkal alaīh, wa mā rabbuka bigāfilin ammā ta’malụn123. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu ke-11 Hud, artinya Nabi Hud, lengkap ayat 1-123. Kandungan pada surat ini menjelaskan metode yang digunakan oleh para Rasul -alaihimussalām- dalam menghadapi kaumnya yang mendustakan mereka. SuratHud ayat 47: Terhadap kelalaianku. Yakni tanpa ampunan Allah dan rahmat-Nya seorang hamba menjadi orang yang rugi. Nabi Nuh 'alaihis salam tidak mengetahui bahwa permohonannya agar anaknya yang kafir diselamatnya adalah haram, bahkan melakukan perkara yang dilarang Allah dalam firman-Nya, "Dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. الۤرٰ ۗ كِتٰبٌ اُحْكِمَتْ اٰيٰتُهٗ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَّدُنْ حَكِيْمٍ خَبِيْرٍۙ Alif lām rā, kitābun uḥkimat āyātuhū ṡumma fuṣṣilat mil ladun ḥakīmin khabīrin. Alif Lām Rā. Inilah Kitab yang ayat-ayatnya telah disusun dengan rapi kemudian dijelaskan secara terperinci dan diturunkan dari sisi Allah Yang Mahabijaksana lagi Mahateliti. اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّا اللّٰهَ ۗاِنَّنِيْ لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌۙ Allā tabudū illallāha, innanī lakum minhu nażīruw wa basyīrun. Katakanlah Nabi Muhammad, “Janganlah kamu menyembah sesuatu, kecuali Allah. Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira dari-Nya untukmu. وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ Wa anistagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi yumattikum matāan ḥasanan ilā ajalim musammaw wa yu'ti kulla żī faḍlin faḍlahū, wa in tawallau fa innī akhāfu alaikum ażāba yaumin kabīrin. Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kesenangan yang baik kepadamu di dunia sampai waktu yang telah ditentukan kematian dan memberikan pahala-Nya di akhirat kepada setiap orang yang beramal saleh. Jika kamu berpaling, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar kiamat. اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ ۚوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ Ilallāhi marjiukum, wa huwa alā kulli syai'in qadīrun. Kepada Allahlah kembalimu. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” اَلَآ اِنَّهُمْ يَثْنُوْنَ صُدُوْرَهُمْ لِيَسْتَخْفُوْا مِنْهُۗ اَلَا حِيْنَ يَسْتَغْشُوْنَ ثِيَابَهُمْ ۙيَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا يُعْلِنُوْنَۚ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ ۔ Alā innahum yaṡnūna ṣudūrahum liyastakhfū minhu, alā ḥīna yastagsyūna ṡiyābahum, yalamu mā yusirrūna wa mā yulinūna, innahū alīmum biżātiṣ-ṣudūri. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka menutupi apa yang ada dalam dada mereka untuk menyembunyikan diri dari-Nya. Ketahuilah bahwa ketika mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Dia mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. ۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ Wa mā min dābbatin fil-arḍi illā alallāhi rizquhā wa yalamu mustaqarrahā wa mustaudaahā, kullun fī kitābim mubīnin. Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata Lauh Mahfuz. وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ Wa huwal-lażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmiw wa kāna arsyuhū alal-mā'i liyabluwakum ayyukum aḥsanu amalān, wa la'in qulta innakum mabūṡūna mim badil-mauti layaqūlannal-lażīna kafarū in hāżā illā siḥrum mubīnun. Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa serta sebelum itu ʻArasy-Nya di atas air. Penciptaan itu dilakukan untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Sungguh, jika engkau Nabi Muhammad berkata, “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang-orang kafir akan berkata, “Ini Al-Qur’an tidak lain kecuali sihir yang nyata.” وَلَىِٕنْ اَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ اِلٰٓى اُمَّةٍ مَّعْدُوْدَةٍ لَّيَقُوْلُنَّ مَا يَحْبِسُهٗ ۗ اَلَا يَوْمَ يَأْتِيْهِمْ لَيْسَ مَصْرُوْفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ Wa la'in akhkharnā anhumul-ażāba ilā ummatim madūdatil layaqūlunna mā yaḥbisuhū, alā yauma ya'tīhim laisa maṣrūfan anhum wa ḥāqa bihim mā kānū bihī yastahzi'ūna. Sungguh, jika Kami tangguhkan azab dari mereka sampai waktu tertentu, niscaya mereka akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?” Ketahuilah, ketika datang kepada mereka, azab itu tidaklah dapat dipalingkan dari mereka. Mereka dikepung oleh azab yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya. وَلَىِٕنْ اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ Wa la'in ażaqnal-insāna minnā raḥmatan ṡumma nazanāhā anhu, innahū laya'ūsun kafūrun. Sungguh, jika Kami cicipkan kepada manusia suatu rahmat dari Kami kemudian Kami cabut kembali darinya, sesungguhnya dia menjadi sangat berputus asa lagi sangat kufur terhadap nikmat Allah. وَلَىِٕنْ اَذَقْنٰهُ نَعْمَاۤءَ بَعْدَ ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُ لَيَقُوْلَنَّ ذَهَبَ السَّيِّاٰتُ عَنِّيْ ۗاِنَّهٗ لَفَرِحٌ فَخُوْرٌۙ Wa la'in ażaqnāhu namā'a bada ḍarrā'a massathu layaqūlanna żahabas-sayyi'ātu annī, innahū lafariḥun fakhūrun. Sungguh, jika Kami cicipkan kepadanya manusia suatu nikmat setelah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, “Telah hilang keburukan itu dariku.” Sesungguhnya dia sangat gembira lagi sangat membanggakan diri. اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ Illal-lażīna ṣabarū wa amiluṣ-ṣāliḥāti, ulā'ika lahum magfiratuw wa ajrun kabīrun. Kecuali, orang-orang yang sabar dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan pahala yang besar. فَلَعَلَّكَ تَارِكٌۢ بَعْضَ مَا يُوْحٰىٓ اِلَيْكَ وَضَاۤىِٕقٌۢ بِهٖ صَدْرُكَ اَنْ يَّقُوْلُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ اَوْ جَاۤءَ مَعَهٗ مَلَكٌ ۗاِنَّمَآ اَنْتَ نَذِيْرٌ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ وَّكِيْلٌ ۗ Fa laallaka tārikum baḍa mā yūḥā ilaika wa ḍā'ikum bihī ṣadruka ay yaqūlū lau lā unzila alaihi kanzun au jā'a maahū malakun, innamā anta nażīrun, wallāhu alā kulli syai'in wakīlun. Boleh jadi engkau Nabi Muhammad hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu menjadi sempit karena takut mereka mengatakan, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta kekayaan atau datang malaikat bersamanya?” Sesungguhnya engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah adalah pemelihara segala sesuatu. اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ وَّادْعُوْا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Am yaqūlūnaftarāhu, qul fa'tū biasyri suwarim miṡlihī muftarayātiw wadū manistaṭatum min dūnillāhi in kuntum ṣādiqīna. Bahkan, apakah mereka mengatakan, “Dia Nabi Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu.” Katakanlah, “Kalau demikian, datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya Al-Qur’an yang dibuat-buat dan ajaklah siapa saja yang kamu sanggup mengundangnya selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” فَاِلَّمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اُنْزِلَ بِعِلْمِ اللّٰهِ وَاَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚفَهَلْ اَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ Fa illam yastajībū lakum falamū annamā unzila biilmillāhi wa allā ilāha illā huwa, fahal antum muslimūna. Jika mereka tidak memenuhi ajakanmu, katakanlah, “Ketahuilah sesungguhnya ia Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan ketahui pula bahwa tidak ada tuhan kecuali Dia. Apakah kamu mau berserah diri masuk Islam?” مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا نُوَفِّ اِلَيْهِمْ اَعْمَالَهُمْ فِيْهَا وَهُمْ فِيْهَا لَا يُبْخَسُوْنَ Man kāna yurīdul-ḥayātad-dun-yā wa zīnatahā nuwaffi ilaihim amālahum fīhā wa hum fīhā lā yubkhasūna. Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan kepada mereka balasan perbuatan mereka di dalamnya dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَيْسَ لَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا النَّارُ ۖوَحَبِطَ مَا صَنَعُوْا فِيْهَا وَبٰطِلٌ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Ulā'ikal-lażīna laisa lahum fil-ākhirati illan-nāru, wa ḥabiṭa mā ṣanaū fīhā wa bāṭilum mā kānū yamalūna. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat kecuali neraka, sia-sialah apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan batallah apa yang dahulu selalu mereka kerjakan. اَفَمَنْ كَانَ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّهٖ وَيَتْلُوْهُ شَاهِدٌ مِّنْهُ وَمِنْ قَبْلِهٖ كِتٰبُ مُوْسٰىٓ اِمَامًا وَّرَحْمَةًۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ مِنَ الْاَحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهٗ فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْهُ اِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُوْنَ Afaman kāna alā bayyinatim mir rabbihī wa yatlūhu syāhidum minhu wa min qablihī kitābu mūsā imāmaw wa raḥmahtan, ulā'ika yu'minūna bihī, wa may yakfur bihī minal-aḥzābi fan-nāru mauiduhū falā taku fī miryatim minhu innahul-ḥaqqu mir rabbika wa lākinna akṡaran-nāsi lā yu'minūna. Apakah orang yang sudah mempunyai bukti yang nyata Al-Qur’an dari Tuhannya, diikuti oleh saksi dari-Nya, dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat; mereka beriman kepadanya sama dengan orang kafir yang hanya menginginkan kehidupan dunia? Siapa yang mengingkarinya Al-Qur’an dari golongan-golongan penentang Rasulullah, nerakalah tempat kembalinya. Oleh karena itu, janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur’an. Sesungguhnya ia Al-Qur’an itu kebenaran dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ اُولٰۤىِٕكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى رَبِّهِمْ وَيَقُوْلُ الْاَشْهَادُ هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلٰى رَبِّهِمْۚ اَلَا لَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ ۙ Wa man aẓlamu mimmaniftarā alallāhi każibān, ulā'ika yuraḍūna alā rabbihim wa yaqūlul-asyhādu hā'ulā'il-lażīna każabū alā rabbihim, alā lanatullāhi alaẓ-ẓālimīna. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan suatu kebohongan terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada tuhan mereka dan para saksi akan berkata, “Orang-orang inilah yang telah berbohong terhadap tuhan mereka.” Ketahuilah, laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang zalim. الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَيَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۗ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ هُمْ كفِٰرُوْنَ Al-lażīna yaṣuddūna an sabīlillāhi wa yabgūnahā iwajān, wa hum bil-ākhirati hum kāfirūna. Yaitu mereka yang menghalang-halangi dari jalan Allah dan menghendaki agar jalan itu bengkok. Mereka itulah orang-orang yang kufur terhadap hari akhir. اُولٰۤىِٕكَ لَمْ يَكُوْنُوْا مُعْجِزِيْنَ فِى الْاَرْضِ وَمَا كَانَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ۘ يُضٰعَفُ لَهُمُ الْعَذَابُ ۗمَا كَانُوْا يَسْتَطِيْعُوْنَ السَّمْعَ وَمَا كَانُوْا يُبْصِرُوْنَ Ulā'ika lam yakūnū mujizīna fil-arḍi wa mā kāna lahum min dūnillāhi min auliyā'a, yuḍāafu lahumul-ażābu, mā kānū yastaṭīūnas-sama wa mā kānū yubṣirūna. Mereka tidak mampu menghalangi siksaan Allah di bumi dan tidak akan ada bagi mereka penolong selain Allah. Azab itu akan dilipatgandakan kepada mereka di akhirat kelak. Mereka tidak mampu mendengar kebenaran dan tidak dapat melihat kekuasaan Allah. اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَفْتَرُوْنَ Ulā'ikal-lażīna khasirū anfusahum wa ḍalla anhum mā kānū yaftarūna. Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dan lenyaplah dari mereka sesuatu sesembahan yang selalu mereka ada-adakan. لَاجَرَمَ اَنَّهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ هُمُ الْاَخْسَرُوْنَ Lā jarama annahum fil-ākhirati humul-akhsarūna. Tidak diragukan bahwa sesungguhnya mereka kelak di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi. اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَخْبَتُوْٓا اِلٰى رَبِّهِمْۙ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ Innal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti wa akhbatū ilā rabbihim, ulā'ika aṣḥābul-jannati hum fīhā khālidūna. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya. ۞ مَثَلُ الْفَرِيْقَيْنِ كَالْاَعْمٰى وَالْاَصَمِّ وَالْبَصِيْرِ وَالسَّمِيْعِۗ هَلْ يَسْتَوِيٰنِ مَثَلًا ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ ࣖ Maṡalul-farīqaini kal-amā wal-aṣammi wal-baṣīri was-samīi, hal yastawiyāni maṡalān, afalā tażakkarūna. Perumpamaan kedua golongan kafir dan mukmin seperti orang buta dan orang tuli dengan orang yang dapat melihat dan yang dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖٓ اِنِّيْ لَكُمْ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ۙ Wa laqad arsalnā nūḥan ilā qaumihī innī lakum nażīrum mubīnun. Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Dia berkata, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu اَنْ لَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّا اللّٰهَ ۖاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ اَلِيْمٍ Allā tabudū illallāha, innī akhāfu alaikum ażāba yaumin alīmin. agar kamu tidak menyembah sesuatu kecuali Allah. Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab pada hari yang siksanya sangat pedih.” فَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ مَا نَرٰىكَ اِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرٰىكَ اتَّبَعَكَ اِلَّا الَّذِيْنَ هُمْ اَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِۚ وَمَا نَرٰى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍۢ بَلْ نَظُنُّكُمْ كٰذِبِيْنَ Fa qālal-mala'ul-lażīna kafarū min qaumihī mā narāka illā basyaram miṡlanā wa mā narākattabaaka illal-lażīna hum arāżilunā bādiyar-ra'yi, wa mā narā lakum alainā min faḍlim bal naẓunnukum kāżibīna. Maka, berkatalah para pemuka yang kufur dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia biasa seperti kami. Kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya begitu saja. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah para pembohong.” قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَاٰتٰىنِيْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِهٖ فَعُمِّيَتْ عَلَيْكُمْۗ اَنُلْزِمُكُمُوْهَا وَاَنْتُمْ لَهَا كٰرِهُوْنَ Qāla yā qaumi ara'aitum in kuntu alā bayyinatim mir rabbī wa ātānī raḥmatam min indihī fa ummiyat alaikum, anulzimukumūhā wa antum lahā kārihūna. Dia Nuh berkata, “Wahai kaumku, apa pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu? Apakah kami akan memaksamu untuk menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya? وَيٰقَوْمِ لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًاۗ اِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ بِطَارِدِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ اِنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَلٰكِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُوْنَ Wa yā qaumi lā as'alukum alaihi mālān, in ajriya illā alallāhi wa mā ana biṭāridil-lażīna āmanū, innahum mulāqū rabbihim wa lākinnī arākum qauman tajhalūna. Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu harta sedikit pun sebagai imbalan atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya di akhirat, tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh. وَيٰقَوْمِ مَنْ يَّنْصُرُنِيْ مِنَ اللّٰهِ اِنْ طَرَدْتُّهُمْ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ Wa yā qaumi may yanṣurunī minallāhi in ṭarattuhum, afalā tażakkarūna. Wahai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari azab Allah jika aku mengusir mereka orang-orang yang beriman itu? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? وَلَآ اَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِيْ خَزَاۤىِٕنُ اللّٰهِ وَلَآ اَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَآ اَقُوْلُ اِنِّيْ مَلَكٌ وَّلَآ اَقُوْلُ لِلَّذِيْنَ تَزْدَرِيْٓ اَعْيُنُكُمْ لَنْ يُّؤْتِيَهُمُ اللّٰهُ خَيْرًا ۗ اَللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ ۚاِنِّيْٓ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ Wa lā aqūlu lakum indī khazā'inullāhi wa lā alamul-gaiba wa lā aqūlu innī malakuw wa lā aqūlu lil-lażīna tazdarī ayunukum lay yu'tiyahumullāhu khairān, allāhu alamu bimā fī anfusihim, innī iżal laminaẓ-ẓālimīna. Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa aku mempunyai perbendaharaan rezeki Allah. Aku tidak mengetahui yang gaib dan tidak pula mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat. Aku tidak juga mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Jika demikian, sesungguhnya aku benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.” قَالُوْا يٰنُوْحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَاَ كْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ Qālū yā nūḥu qad jādaltanā fa akṡarta jidālanā fa'tinā bimā taidunā in kunta minaṣ-ṣādiqīna. Mereka berkata, “Wahai Nuh, sungguh engkau telah berbantah dengan kami dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami. Maka, datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” قَالَ اِنَّمَا يَأْتِيْكُمْ بِهِ اللّٰهُ اِنْ شَاۤءَ وَمَآ اَنْتُمْ بِمُعْجِزِيْنَ Qāla innamā ya'tīkum bihillāhu in syā'a wa mā antum bimujizīna. Dia Nuh menjawab, “Sesungguhnya hanya Allah yang akan mendatangkannya azab kepadamu jika Dia menghendaki dan sekali-kali kamu tidak akan dapat melepaskan diri darinya. وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِيْٓ اِنْ اَرَدْتُّ اَنْ اَنْصَحَ لَكُمْ اِنْ كَانَ اللّٰهُ يُرِيْدُ اَنْ يُّغْوِيَكُمْ ۗهُوَ رَبُّكُمْ ۗوَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَۗ Wa lā yanfaukum nuṣḥī in arattu an anṣaḥa lakum in kānallāhu yurīdu ay yugwiyakum, huwa rabbukum, wa ilaihi turjaūna. Nasihatku tidak akan bermanfaat bagimu sekalipun aku ingin menasihatimu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُۗ قُلْ اِنِ افْتَرَيْتُهٗ فَعَلَيَّ اِجْرَامِيْ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُجْرِمُوْنَ ࣖ Am yaqūlūnaftarāhu, qul iniftaraituhū fa alayya ijrāmī wa ana barī'um mimmā tujrimūna. Bahkan, mereka orang kafir Makkah berkata, “Dia cuma mengada-adakannya Al-Qur’an.” Katakanlah Nabi Muhammad, “Jika aku mengada-adakannya, akulah yang akan memikul dosanya dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat.” وَاُوْحِيَ اِلٰى نُوْحٍ اَنَّهٗ لَنْ يُّؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ اِلَّا مَنْ قَدْ اٰمَنَ فَلَا تَبْتَىِٕسْ بِمَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَۖ Wa ūḥiya ilā nūḥin annahū lay yu'mina min qaumika illā man qad āmana falā tabta'is bimā kānū yafalūna. Diwahyukan oleh Allah kepada Nuh, “Ketahuilah bahwa tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang benar-benar telah beriman. Maka, janganlah engkau bersedih atas apa yang selalu mereka perbuat. وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ۚاِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ Waṣnail-fulka bi'ayuninā wa waḥyinā wa lā tukhāṭibnī fil-lażīna ẓalamū, innahum mugraqūna. Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan lagi dengan-Ku tentang nasib orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” وَيَصْنَعُ الْفُلْكَۗ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَاٌ مِّنْ قَوْمِهٖ سَخِرُوْا مِنْهُ ۗقَالَ اِنْ تَسْخَرُوْا مِنَّا فَاِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُوْنَۗ Wa yaṣnaul-fulka, wa kullamā marra alaihi mala'um min qaumihī sakhirū minhu, qāla in taskharū minnā fa innā naskharu minkum kamā taskharūna. Mulailah dia Nuh membuat bahtera itu. Setiap kali para pemuka kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia Nuh berkata, “Jika kamu mengejek kami, sesungguhnya kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek kami. فَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ يَّأْتِيْهِ عَذَابٌ يُّخْزِيْهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُّقِيْمٌ Fa saufa talamūna, may ya'tīhi ażābuy yukhzīhi wa yaḥillu alaihi ażābum muqīmun. Maka, kelak kamu mengetahui siapa di antara kita yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan siapa pula yang akan ditimpa azab yang kekal.” حَتّٰىٓ اِذَا جَاۤءَ اَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّوْرُۙ قُلْنَا احْمِلْ فِيْهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَاَهْلَكَ اِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ اٰمَنَ ۗوَمَآ اٰمَنَ مَعَهٗٓ اِلَّا قَلِيْلٌ Ḥattā iżā jā'a amrunā wafārat-tannūru, qulnaḥmil fīhā min kullin zaujainiṡnaini wa ahlaka illā man sabaqa alaihil-qaulu wa man āmana, wa mā āmana maahū illā qalīlun. Demikianlah, hingga apabila perintah Kami datang untuk membinasakan mereka dan tanur tungku telah memancarkan air, Kami berfirman, “Muatkanlah ke dalamnya bahtera itu dari masing-masing jenis hewan sepasang-sepasang jantan dan betina, keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu akan ditenggelamkan, dan muatkan pula orang yang beriman.” Ternyata tidak beriman bersamanya Nuh, kecuali hanya sedikit. ۞ وَقَالَ ارْكَبُوْا فِيْهَا بِسْمِ اللّٰهِ مَجْرٰ۪ىهَا وَمُرْسٰىهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ Wa qālarkabū fīhā bismillāhi majrêhā wa mursāhā, inna rabbī lagafūrur raḥīmun. Dia Nuh berkata, “Naiklah kamu semua ke dalamnya bahtera dengan menyebut nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya! Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” وَهِيَ تَجْرِيْ بِهِمْ فِيْ مَوْجٍ كَالْجِبَالِۗ وَنَادٰى نُوْحُ ِۨابْنَهٗ وَكَانَ فِيْ مَعْزِلٍ يّٰبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنْ مَّعَ الْكٰفِرِيْنَ Wa hiya tajrī bihim fī maujin kal-jibāli, wa nādā nūḥunibnahū wa kāna fī maziliy yā bunayyarkam maanā wa lā takum maal-kāfirīna. Bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung-gunung. Nuh memanggil anaknya, sedang dia anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku, naiklah ke bahtera bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” قَالَ سَاٰوِيْٓ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَاۤءِ ۗقَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚوَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ Qāla sa'āwī ilā jabaliy yaṣimunī minal-mā'i, qāla lā āṣimal-yauma min amrillāhi illā ma raḥima, wa ḥāla bainahumal-mauju fa kāna minal-mugraqīna. Dia anaknya menjawab, “Aku akan berlindung ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air bah.” Nuh berkata, “Tidak ada penyelamat pada hari ini dari ketetapan Allah kecuali siapa yang dirahmati oleh-Nya.” Gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah dia anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. وَقِيْلَ يٰٓاَرْضُ ابْلَعِيْ مَاۤءَكِ وَيٰسَمَاۤءُ اَقْلِعِيْ وَغِيْضَ الْمَاۤءُ وَقُضِيَ الْاَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ وَقِيْلَ بُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ Wa qīla yā arḍublaī mā'aki wa yā samā'u aqliī wa gīḍal-mā'u wa quḍiyal-amru wastawat alal-jūdiyyi wa qīla budal lil-qaumiẓ-ẓālimīna. Difirmankan oleh Allah, “Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit, berhentilah mencurahkan hujan.” Air pun disurutkan dan urusan pembinasaan para pendurhaka pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judiy, dan dikatakan, “Kebinasaanlah bagi kaum yang zalim.” وَنَادٰى نُوْحٌ رَّبَّهٗ فَقَالَ رَبِّ اِنَّ ابْنِيْ مِنْ اَهْلِيْۚ وَاِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَاَنْتَ اَحْكَمُ الْحٰكِمِيْنَ Wa nādā nūḥur rabbahū fa qāla rabbi innabnī min ahlī, wa inna wadakal-ḥaqqu wa anta aḥkamul-ḥākimīna. Nuh memohon kepada Tuhannya seraya berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.” قَالَ يٰنُوْحُ اِنَّهٗ لَيْسَ مِنْ اَهْلِكَ ۚاِنَّهٗ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنِّيْٓ اَعِظُكَ اَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْجٰهِلِيْنَ Qāla yā nūḥu innahū laisa min ahlika, innahū amalun gairu ṣāliḥin, falā tas'alnī mā laisa laka bihī ilmun, innī aiẓuka an takūna minal-jāhilīna. Dia Allah berfirman, “Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu karena perbuatannya sungguh tidak baik. Oleh karena itu, janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui hakikatnya. Sesungguhnya Aku menasihatimu agar engkau tidak termasuk orang-orang bodoh.” قَالَ رَبِّ اِنِّيْٓ اَعُوْذُ بِكَ اَنْ اَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِيْ بِهٖ عِلْمٌ ۗوَاِلَّا تَغْفِرْ لِيْ وَتَرْحَمْنِيْٓ اَكُنْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ Qāla rabbi innī aūżu bika an as'alaka mā laisa lī bihī ilmun, wa illā tagfir lī wa tarḥamnī akum minal-khāsirīna. Nuh berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau Engkau tidak mengampuniku dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.” قِيْلَ يٰنُوْحُ اهْبِطْ بِسَلٰمٍ مِّنَّا وَبَرَكٰتٍ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اُمَمٍ مِّمَّنْ مَّعَكَ ۗوَاُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ ثُمَّ يَمَسُّهُمْ مِّنَّا عَذَابٌ اَلِيْمٌ Qīla yā nūḥuhbiṭ bisalāmim minnā wa barakātin alaika wa alā umamim mimmam maaka, wa umamun sanumattiuhum ṡumma yamassuhum minnā ażābun alīmun. Dikatakan melalui wahyu, “Wahai Nuh, turunlah dari bahteramu dengan penuh keselamatan dari Kami dan penuh keberkahan atasmu serta umat-umat mukmin yang bersamamu. Ada pula umat-umat kafir yang Kami beri kesenangan dalam kehidupan dunia, kemudian mereka akan ditimpa azab dari Kami yang sangat pedih.” تِلْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهَآ اِلَيْكَ ۚمَا كُنْتَ تَعْلَمُهَآ اَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هٰذَاۚ فَاصْبِرْۚ اِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِيْنَ ࣖ Tilka min ambā'il-gaibi nūḥīhā ilaika, mā kunta talamuhā anta wa lā qaumuka min qabli hāżā, faṣbir, innal-āqibata lil-muttaqīna. Itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami wahyukan kepadamu Nabi Muhammad. Tidak pernah engkau mengetahuinya dan tidak pula kaummu sebelum ini. Maka, bersabarlah. Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗاِنْ اَنْتُمْ اِلَّا مُفْتَرُوْنَ Wa ilā ādin akhāhum hūdān, qāla yā qaumibudullāha mā lakum min ilāhin gairuhū, in antum illā muftarūna. Kepada kaum Ad Kami utus saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Selama ini kamu hanyalah mengada-ada dengan mempersekutukan Allah. يٰقَوْمِ لَآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا ۗاِنْ اَجْرِيَ اِلَّا عَلَى الَّذِيْ فَطَرَنِيْ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ Yā qaumi lā as'alukum alaihi ajrān, in ajriya illā alal-lażī faṭaranī, afalā taqilūna. Hud berkata, “Wahai kaumku, aku tidak meminta kepadamu imbalan sedikit pun atas seruanku ini. Imbalanku hanyalah dari Tuhan yang telah menciptakanku. Apakah kamu tidak mengerti? وَيٰقَوْمِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ Wa yā qaumistagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi yursilis-samā'a alaikum midrāraw wa yazidkum quwwatan ilā quwwatikum wa lā tatawallau mujrimīna. Wahai kaumku, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya! Niscaya Dia akan menurunkan untukmu hujan yang sangat deras, menambahkan kekuatan melebihi kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang-orang yang berdosa.” قَالُوْا يٰهُوْدُ مَاجِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَّمَا نَحْنُ بِتَارِكِيْٓ اٰلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِيْنَ Qālū yā hūdu mā ji'tanā bibayyinatiw wa mā naḥnu bitārikī ālihatinā an qaulika wa mā naḥnu laka bimu'minīna. Mereka kaum Ad berkata, “Wahai Hud, engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami dan kami tidak akan pernah meninggalkan sembahan kami karena perkataanmu serta kami tidak akan pernah percaya kepadamu. اِنْ نَّقُوْلُ اِلَّا اعْتَرٰىكَ بَعْضُ اٰلِهَتِنَا بِسُوْۤءٍ ۗقَالَ اِنِّيْٓ اُشْهِدُ اللّٰهَ وَاشْهَدُوْٓا اَنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ In naqūlu illatarāka baḍu ālihatinā bisū'in, qāla innī usyhidullāha wasyhadū annī barī'um mimmā tusyrikūna. Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Dia Hud menjawab, “Sesungguhnya aku menjadikan Allah sebagai saksi dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan مِنْ دُوْنِهٖ فَكِيْدُوْنِيْ جَمِيْعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُوْنِ Min dūnihī fa kīdūnī jamīan ṡumma lā tunẓirūni. dengan tuhan-tuhan selain Dia. Oleh karena itu, lakukanlah semua tipu dayamu terhadapku dan janganlah kamu tunda-tunda lagi. اِنِّيْ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ رَبِّيْ وَرَبِّكُمْ ۗمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ اِلَّا هُوَ اٰخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ Innī tawakkaltu alallāhi rabbī wa rabbikum, mā min dābbatin illā huwa ākhiżum bināṣiyatihā, inna rabbī alā ṣirāṭim mustaqīmin. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk yang bergerak di atas bumi melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya menguasainya. Sesungguhnya Tuhanku di jalan yang lurus adil. فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ مَّآ اُرْسِلْتُ بِهٖٓ اِلَيْكُمْ ۗوَيَسْتَخْلِفُ رَبِّيْ قَوْمًا غَيْرَكُمْۗ وَلَا تَضُرُّوْنَهٗ شَيْـًٔا ۗاِنَّ رَبِّيْ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ Fa in tawallau faqad ablagtukum mā ursiltu bihī ilaikum, wa yastakhlifu rabbī qauman gairakum, wa lā taḍurrūnahū syai'ān, inna rabbī alā kulli syai'in ḥafīẓun. Maka, jika kamu berpaling, sungguh aku telah menyampaikan kepadamu apa yang menjadi tugasku sebagai rasul kepadamu. Tuhanku akan mengganti kamu dengan kaum yang lain, sedangkan kamu tidak dapat mendatangkan mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pemelihara segala sesuatu.” وَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُوْدًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّاۚ وَنَجَّيْنٰهُمْ مِّنْ عَذَابٍ غَلِيْظٍ Wa lammā jā'a amrunā najjainā hūdaw wal-lażīna āmanū maahū biraḥmatim minnā, wa najjaināhum min ażābin galīẓin. Ketika keputusan azab Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Kami selamatkan pula mereka di akhirat dari azab yang dahsyat. وَتِلْكَ عَادٌ ۖجَحَدُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَعَصَوْا رُسُلَهٗ وَاتَّبَعُوْٓا اَمْرَ كُلِّ جَبَّارٍ عَنِيْدٍ Wa tilka ādun jaḥadū bi'āyāti rabbihim wa aṣau rusulahū wattabaū amra kulli jabbārin anīdin. Itulah kaum Ad. Mereka mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan, mendurhakai rasul-rasul-Nya, dan menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi keras kepala. وَاُتْبِعُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا لَعْنَةً وَّيَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ اَلَآ اِنَّ عَادًا كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّعَادٍ قَوْمِ هُوْدٍ ࣖ Wa utbiū fī hażihid-dun-yā lanataw wa yaumal-qiyāmahti, alā inna ādan kafarū rabbahum, alā budal liādin qaumi hūdin. Mereka selalu diikuti dengan laknat di dunia ini dan begitu pula kelak di hari Kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum Ad itu kufur kepada Tuhan mereka. Ingatlah bahwa kaum Ad, yakni kaum Hud, benar-benar telah binasa. ۞ وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗهُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ Wa ilā ṡamūda akhāhum ṣālihān, qāla yā qaumibudullāḥa mā lakum min ilāhin gairuhū, huwa ansya'akum minal-arḍi wastamarakum fīhā fastagfirūhu ṡumma tūbū ilaihi, inna rabbī qarībum mujībun. Kepada kaum Samud Kami utus saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi tanah dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan doa hamba-Nya.” قَالُوْا يٰصٰلِحُ قَدْ كُنْتَ فِيْنَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هٰذَآ اَتَنْهٰىنَآ اَنْ نَّعْبُدَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَا وَاِنَّنَا لَفِيْ شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُوْنَآ اِلَيْهِ مُرِيْبٍ Qālū yā ṣāliḥu qad kunta fīnā marjuwwan qabla hāżā atanhānā an nabuda mā yabudu ābā'unā wa innanā lafī syakkim mimmā tadūnā ilaihi murībin. Mereka kaum Samud berkata, “Wahai Saleh, sebelum ini engkau benar-benar merupakan orang yang diharapkan di tengah-tengah kami. Apakah engkau melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami? Sesungguhnya kami benar-benar dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap apa agama yang engkau serukan kepada kami.” قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْۗ وَاٰتٰىنِيْ مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَّنْصُرُنِيْ مِنَ اللّٰهِ اِنْ عَصَيْتُهٗ ۗفَمَا تَزِيْدُوْنَنِيْ غَيْرَ تَخْسِيْرٍ Qāla yā qaumi ara'aitum in kuntu alā bayyinatim mir rabbī, wa ātānī minhu raḥmatan famay yanṣurunī minallāhi in aṣaituhū, famā tazīdūnanī gaira takhsīrin. Dia Saleh berkata, “Wahai kaumku, jelaskan pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia memberikan kepadaku rahmat kenabian. Siapa yang akan menolongku dari azab Allah jika aku mendurhakai-Nya? Kamu tidak akan pernah menambah apa pun untukku selain kerugian. وَيٰقَوْمِ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيْبٌ Wa yā qaumi hāżihī nāqatullāhi lakum āyatan fa żarūhā ta'kul fī arḍillāhi wa lā tamassūhā bisū'in fa ya'khużakum ażābun qarībun. Wahai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat untukmu. Oleh karena itu, biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu memperlakukannya dengan buruk yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa azab.” فَعَقَرُوْهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوْا فِيْ دَارِكُمْ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوْبٍ Fa aqarūhā fa qāla tamattaū fī dārikum ṡalāṡata ayyāmin, żālika wadun gairu makżūbin. Mereka lalu menyembelih unta itu. Maka, dia Saleh berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” فَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا صٰلِحًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِىِٕذٍ ۗاِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيْزُ Falammā jā'a amrunā najjainā ṣāliḥaw wal-lażīna āmanū maahū biraḥmatim minnā wa min khizyi yaumi'iżin, inna rabbaka huwal-qawiyyul-ażīzu. Ketika keputusan Kami datang, Kami menyelamatkan Saleh dan orang-orang yang beriman bersamanya berkat rahmat dari Kami serta Kami menyelamatkannya juga dari kehinaan hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. وَاَخَذَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ Wa akhażal-lażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu fa aṣbaḥū fī dārihim jāṡimīna. Suara yang menggelegar juga menimpa orang-orang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka. كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَآ اِنَّ ثَمُوْدَا۟ كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّثَمُوْدَ ࣖ Ka allam yagnau fīhā, alā inna ṡamūda kafarū rabbahum, alā budal liṡamūda. Negeri itu tampak tanpa bekas sama sekali seakan-akan mereka belum pernah tinggal di sana. Ingatlah sesungguhnya kaum Samud telah mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, bahwa kaum Samud telah binasa. وَلَقَدْ جَاۤءَتْ رُسُلُنَآ اِبْرٰهِيْمَ بِالْبُشْرٰى قَالُوْا سَلٰمًا ۖقَالَ سَلٰمٌ فَمَا لَبِثَ اَنْ جَاۤءَ بِعِجْلٍ حَنِيْذٍ Wa laqad jā'at rusulunā ibrāhīma bil-busyrā qālū salāmān, qāla salāmun famā labiṡa an jā'a biijlin ḥanīżin. Sungguh, utusan Kami malaikat benar-benar telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, “Selamat.” Dia Ibrahim menjawab, “Selamat.” Tidak lama kemudian, Ibrahim datang dengan membawa suguhan daging anak sapi yang dipanggang. فَلَمَّا رَآٰ اَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ اِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَاَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيْفَةً ۗقَالُوْا لَا تَخَفْ اِنَّآ اُرْسِلْنَآ اِلٰى قَوْمِ لُوْطٍۗ Falammā ra'ā aidiyahum lā taṣilu ilaihi nakirahum wa aujasa minhum khīfahtan, qālū lā takhaf innā ursilnā ilā qaumi lūṭin. Ketika Ibrahim melihat tangan mereka tidak menjamahnya, dia mencurigai dan memendam rasa takut kepada mereka. Mereka malaikat berkata, “Jangan takut! Sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut untuk menghancurkan mereka.” وَامْرَاَتُهٗ قَاۤىِٕمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنٰهَا بِاِسْحٰقَۙ وَمِنْ وَّرَاۤءِ اِسْحٰقَ يَعْقُوْبَ Wamra'atuhū qā'imatun fa ḍaḥikat fa basysyarnāhā bi'isḥāqa, wa miw warā'i isḥāqa yaqūba. Istrinya berdiri, lalu tersenyum. Kemudian, Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang kelahiran Ishaq dan setelah Ishaq akan lahir Yaqub putra Ishaq. قَالَتْ يٰوَيْلَتٰىٓ ءَاَلِدُ وَاَنَا۠ عَجُوْزٌ وَّهٰذَا بَعْلِيْ شَيْخًا ۗاِنَّ هٰذَا لَشَيْءٌ عَجِيْبٌ Qālat yā wailatā a'alidu wa ana ajūzuw wa hāżā balī syaikhān, inna hāżā lasyai'un ajībun. Dia istrinya berkata, “Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” قَالُوْٓا اَتَعْجَبِيْنَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ رَحْمَتُ اللّٰهِ وَبَرَكٰتُهٗ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الْبَيْتِۗ اِنَّهٗ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ Qālū atajabīna min amrillāhi raḥmatullāhi wa barakātuhū, alaikum ahlal-baiti, innahū ḥamīdum majīdun. Mereka para malaikat berkata, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah? Itu adalah rahmat dan berkah Allah yang dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” فَلَمَّا ذَهَبَ عَنْ اِبْرٰهِيْمَ الرَّوْعُ وَجَاۤءَتْهُ الْبُشْرٰى يُجَادِلُنَا فِيْ قَوْمِ لُوْطٍ Falammā żahaba an ibrāhīmar rauu wa jā'athul busyrā yujādilunā fī qaumi lūṭin. Maka, ketika rasa takut telah hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia pun bermujadalah berdiskusi dengan malaikat Kami tentang kaum Lut. اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَحَلِيْمٌ اَوَّاهٌ مُّنِيْبٌ Inna ibrāhīma laḥalīmun awwāhum munībun. Sesungguhnya Ibrahim benar-benar penyantun, pengiba, lagi suka kembali kepada Allah. يٰٓاِبْرٰهِيْمُ اَعْرِضْ عَنْ هٰذَا ۚاِنَّهٗ قَدْ جَاۤءَ اَمْرُ رَبِّكَۚ وَاِنَّهُمْ اٰتِيْهِمْ عَذَابٌ غَيْرُ مَرْدُوْدٍ Yā ibrāhīmu ariḍ an hāżā, innahū qad jā'a amru rabbika, wa innahum ātīhim ażābun gairu mardūdin. Malaikat berkata, “Wahai Ibrahim, berpalinglah dari mujadalah ini! Sesungguhnya ketetapan Tuhanmu benar-benar telah datang. Sesungguhnya mereka akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.” وَلَمَّا جَاۤءَتْ رُسُلُنَا لُوْطًا سِيْۤءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَّقَالَ هٰذَا يَوْمٌ عَصِيْبٌ Wa lammā jā'at rusulunā lūṭan sī'a bihim wa ḍāqa bihim żaraw wa qāla hāżā yaumun aṣībun. Ketika para utusan Kami malaikat itu datang kepada Lut, dia merasa gundah dan dadanya terasa sempit karena kedatangan mereka. Dia Lut berkata, “Ini hari yang sangat sulit.” وَجَاۤءَهٗ قَوْمُهٗ يُهْرَعُوْنَ اِلَيْهِۗ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ السَّيِّاٰتِۗ قَالَ يٰقَوْمِ هٰٓؤُلَاۤءِ بَنَاتِيْ هُنَّ اَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللّٰهَ وَلَا تُخْزُوْنِ فِيْ ضَيْفِيْۗ اَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَّشِيْدٌ Wa jā'ahū qaumuhū yuhraūna ilaihi, wa min qablu kānū yamalūnas-sayyi'āti, qāla yā qaumi hā'ulā'i banātī hunna aṭharu lakum fattaqullāha wa lā tukhzūni fī ḍaifī, alaisa minkum rajulur rasyīdun. Kaumnya bergegas datang menemuinya. Sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan keji. Lut berkata, “Wahai kaumku, inilah putri-putri negeri-ku. Mereka lebih suci bagimu untuk dinikahi. Maka, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan nama-ku di hadapan tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang berakal sehat?” قَالُوْا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِيْ بَنٰتِكَ مِنْ حَقٍّۚ وَاِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيْدُ Qālū laqad alimta mā lanā fī banātika min ḥaqqin, wa innaka latalamu mā nurīdu. Mereka menjawab, “Sungguh, engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan syahwat terhadap putri-putrimu dan engkau tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami inginkan.” قَالَ لَوْ اَنَّ لِيْ بِكُمْ قُوَّةً اَوْ اٰوِيْٓ اِلٰى رُكْنٍ شَدِيْدٍ Qāla lau anna lī bikum quwwatan au āwī ilā ruknin syadīdin. Dia Lut berkata, “Sekiranya aku mempunyai kekuatan untuk menghalangi perbuatan-mu atau aku dapat berlindung kepada kerabat yang kuat tentu aku lakukan.” قَالُوْا يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَّصِلُوْٓا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَۗ اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ Qālū yā lūṭu innā rusulu rabbika lay yaṣilū ilaika fa asri bi'ahlika biqiṭim minal-laili wa lā yaltafit minkum aḥadun illamra'ataka, innahū muṣībuhā mā aṣābahum, inna mauidahumuṣ-ṣubḥu, alaisaṣ-ṣubḥu biqarībin. Mereka para malaikat berkata, “Wahai Lut, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu karena mereka akan dibinasakan. Oleh karena itu, pergilah beserta keluargamu pada sebagian malam dini hari dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu janganlah kamu ajak pergi karena telah berkhianat. Sesungguhnya dia akan terkena siksaan yang menimpa mereka dan sesungguhnya saat kehancuran mereka terjadi pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” فَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَاَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ مَّنْضُوْدٍ Falammā jā'a amrunā jaalnā āliyahā sāfilahā wa amṭarnā alaihā ḥijāratam min sijjīlim manḍūdin. Maka, ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya negeri kaum Lut dan Kami menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar secara bertubi-tubi. مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَۗ وَمَا هِيَ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ بِبَعِيْدٍ ࣖ Musawwamatan inda rabbika wa mā hiya minaẓ-ẓālimīna bibaīdin. Batu-batu itu diberi tanda dari sisi Tuhanmu. Siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim. ۞ وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗوَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ اِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ بِخَيْرٍ وَّاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُّحِيْطٍ Wa ilā madyana akhāhum syuaibān, qāla yā qaumibudullāha mā lakum min ilāhin gairuhū, wa lā tanquṣul-mikyāla wal-mīzāna innī arākum bikhairiw wa innī akhāfu alaikum ażāba yaumim muḥīṭin. Kepada penduduk Madyan Kami utus saudara mereka, Syuʻaib. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan! Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik makmur. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab pada hari yang meliputi dan membinasakanmu, yaitu hari Kiamat. وَيٰقَوْمِ اَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ Wa yā qaumi auful-mikyāla wal-mīzāna bil-qisṭi wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā'ahum wa lā taṡau fil-arḍi mufsidīna. Wahai kaumku, penuhilah takaran dan timbangan dengan adil! Janganlah kamu merugikan manusia akan hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di bumi dengan menjadi perusak! بَقِيَّتُ اللّٰهِ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ ەۚ وَمَآ اَنَا۠ عَلَيْكُمْ بِحَفِيْظٍ Baqiyyatullāhi khairul lakum in kuntum mu'minīna, wa mā ana alaikum biḥafīẓin. Apa yang tersisa dari keuntungan yang halal yang dianugerahkan Allah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang beriman. Aku bukanlah pengawas atas dirimu.” قَالُوْا يٰشُعَيْبُ اَصَلٰوتُكَ تَأْمُرُكَ اَنْ نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَآ اَوْ اَنْ نَّفْعَلَ فِيْٓ اَمْوَالِنَا مَا نَشٰۤؤُا ۗاِنَّكَ لَاَنْتَ الْحَلِيْمُ الرَّشِيْدُ Qālū yā syuaibu aṣalātuka ta'muruka an natruka mā yabudu ābā'unā au an nafala fī amwālinā mā nasyā'u, innaka la'antal-ḥalīmur-rasyīdu. Mereka berkata, “Wahai Syuʻaib, apakah salatmu agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta menurut cara yang kami kehendaki? Benarkah demikian, padahal sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun lagi cerdas?” قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ Qāla yā qaumi ara'aitum in kuntu alā bayyinatim mir rabbī wa razaqanī minhu rizqan ḥasanaw wa mā urīdu an ukhālifakum ila mā anhākum anhu, in urīdu illal-iṣlāḥa mastaṭatu, wa mā taufīqī illā billāhi, alaihi tawakkaltu wa ilaihi unību. Dia Syuʻaib berkata, “Wahai kaumku, jelaskan pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan Dia menganugerahiku rezeki yang baik pantaskah aku menyalahi perintah-Nya. Aku sebenarnya tidak ingin berbeda sikap denganmu lalu melakukan apa yang aku sendiri larang. Aku hanya bermaksud mendatangkan perbaikan sesuai dengan kesanggupanku. Tidak ada kemampuan bagiku untuk mendatangkan perbaikan melainkan dengan pertolongan Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya pula aku kembali. وَيٰقَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِيْٓ اَنْ يُّصِيْبَكُمْ مِّثْلُ مَآ اَصَابَ قَوْمَ نُوْحٍ اَوْ قَوْمَ هُوْدٍ اَوْ قَوْمَ صٰلِحٍ ۗوَمَا قَوْمُ لُوْطٍ مِّنْكُمْ بِبَعِيْدٍ Wa yā qaumi lā yajrimannakum syiqāqī ay yuṣībakum miṡlu mā aṣāba qauma nūḥin au qauma hūdin au qauma ṣāliḥin, wa mā qaumu lūṭim minkum bibaīdin. Wahai kaumku, janganlah sekali-kali pertentanganku denganmu menyebabkan apa yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh juga menimpamu, sedangkan tempat dan masa kebinasaan kaum Lut tidak jauh dari kamu. وَاسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ ۗاِنَّ رَبِّيْ رَحِيْمٌ وَّدُوْدٌ Wastagfirū rabbakum ṡumma tūbū ilaihi, inna rabbī raḥīmuw wadūdun. Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Mencintai.” قَالُوْا يٰشُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيْرًا مِّمَّا تَقُوْلُ وَاِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْنَا ضَعِيْفًا ۗوَلَوْلَا رَهْطُكَ لَرَجَمْنٰكَ ۖوَمَآ اَنْتَ عَلَيْنَا بِعَزِيْزٍ Qālū yā syuaibu mā nafqahu kaṡīram mimmā taqūlu wa innā lanarāka fīnā ḍaīfān, wa lau lā rahṭuka larajamnāka, wa anta alainā biazīzin. Mereka berkata, “Wahai Syuʻaib, Kami tidak banyak mengerti apa yang engkau katakan itu, sedangkan kami sesungguhnya memandang engkau sebagai seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah melemparimu dengan batu, sedangkan engkau pun bukan seorang yang berpengaruh atas kami.” قَالَ يٰقَوْمِ اَرَهْطِيْٓ اَعَزُّ عَلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاتَّخَذْتُمُوْهُ وَرَاۤءَكُمْ ظِهْرِيًّا ۗاِنَّ رَبِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ Qāla yā qaumi arahṭī aazzu alaikum minallāhi, wattakhażtumūhu warā'akum ẓihriyyān, inna rabbī bimā tamalūna muḥīṭun. Dia Syuʻaib menjawab, “Wahai kaumku, apakah keluargaku kamu pandang lebih terhormat daripada Allah sehingga kamu menempatkan-Nya di belakangmu menyepelekan-Nya? Sesungguhnya pengetahuan Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. وَيٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌ ۗسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ مَنْ يَّأْتِيْهِ عَذَابٌ يُّخْزِيْهِ وَمَنْ هُوَ كَاذِبٌۗ وَارْتَقِبُوْٓا اِنِّيْ مَعَكُمْ رَقِيْبٌ Wa yā qaumimalū alā makānatikum innī āmilun, saufa talamūna, may ya'tīhi ażābuy yukhzīhi wa man huwa kāżibun, wartaqibū innī maakum raqībun. Wahai kaumku, berbuatlah apa yang bisa kamu lakukan! Sesungguhnya aku pun berbuat hal yang sama. Kelak kamu mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang pendusta. Tunggulah akibat perbuatanmu, sesungguhnya aku pun akan menunggu bersamamu!” وَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّاۚ وَاَخَذَتِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ Wa lammā jā'a amrunā najjainā syuaibaw wal-lażīna amanū maahū biraḥmatim minnā, wa akhażatil-lażīna ẓalamuṣ-ṣaiḥatu fa aṣbaḥū fī diyārihim jāṡimīna. Ketika keputusan Kami untuk menghancurkan mereka datang, Kami selamatkan Syuʻaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Adapun orang-orang yang zalim, mereka dibinasakan oleh suara yang menggelegar sehingga mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka. كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَا بُعْدًا لِّمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُوْدُ ࣖ Ka allam yagnau fīhā, alā budal limadyana kamā baidat ṡamūdu. Negeri itu tak berbekas seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di sana. Ingatlah, penduduk Madyan binasa sebagaimana juga kaum Samud. وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ Wa laqad arsalnā mūsā bi'āyātinā wa sulṭānim mubīnin. Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat mukjizat Kami dan keterangan yang nyata اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَاتَّبَعُوْٓا اَمْرَ فِرْعَوْنَ ۚوَمَآ اَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيْدٍ Ilā firauna wa mala'ihī fattabaū amra firauna, wa mā amru firauna birasyīdin. kepada Firaun dan para pemuka kaumnya, tetapi justru mereka mengikuti perintah Firaun, padahal perintah Firaun sama sekali bukanlah perintah yang benar. يَقْدُمُ قَوْمَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فَاَوْرَدَهُمُ النَّارَ ۗوَبِئْسَ الْوِرْدُ الْمَوْرُوْدُ Yaqdumu qaumahū yaumal-qiyāmati fa auradahumun-nāra, wa bi'sal-wirdul-maurūdu. Firaun berjalan di depan kaumnya di hari Kiamat, lalu membawa mereka masuk neraka. Itulah seburuk-buruk tempat yang dimasuki. وَاُتْبِعُوْا فِيْ هٰذِهٖ لَعْنَةً وَّيَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُوْدُ Wa utbiū fī hāżihī lanataw wa yaumal-qiyāmahti, bi'sar-rifdul-marfūdu. Mereka diikuti dengan laknat di sini dunia dan kelak di hari Kiamat. Laknat itu seburuk-buruk pemberian yang diserahkan. ذٰلِكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْقُرٰى نَقُصُّهٗ عَلَيْكَ مِنْهَا قَاۤىِٕمٌ وَّحَصِيْدٌ Żālika min ambā'il-qurā naquṣṣuhū alaika minhā qā'imuw wa ḥaṣīdun. Itu adalah sebagian berita tentang negeri-negeri yang telah dibinasakan yang Kami ceritakan kepadamu Nabi Muhammad. Di sebagian negeri-negeri itu masih berdiri peninggalan-peninggalannya dan ada pula yang telah musnah. وَمَا ظَلَمْنٰهُمْ وَلٰكِنْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَمَآ اَغْنَتْ عَنْهُمْ اٰلِهَتُهُمُ الَّتِيْ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ لَّمَّا جَاۤءَ اَمْرُ رَبِّكَۗ وَمَا زَادُوْهُمْ غَيْرَ تَتْبِيْبٍ Wa mā ẓalamnāhum wa lākin ẓalamū anfusahum famā agnat anhum ālihatuhumul-latī yadūna min dūnillāhi min syai'il lammā jā'a amru rabbika, wa mā zādūhum gaira tatbībin. Kami tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri sendiri. Maka, tidak bermanfaat sedikit pun bagi mereka sembahan yang mereka sembah selain Allah saat siksaan Tuhanmu datang. Sembahan itu tak lain justru hanya menambah kebinasaan bagi mereka. وَكَذٰلِكَ اَخْذُ رَبِّكَ اِذَآ اَخَذَ الْقُرٰى وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۗاِنَّ اَخْذَهٗٓ اَلِيْمٌ شَدِيْدٌ Wa każālika akhżu rabbika iżā akhażal-qurā wa hiya ẓālimahtun, inna akhżahū alīmun syadīdun. Demikianlah siksaan Tuhanmu apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya siksaan-Nya sangat pedih lagi sangat berat. اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّمَنْ خَافَ عَذَابَ الْاٰخِرَةِ ۗذٰلِكَ يَوْمٌ مَّجْمُوْعٌۙ لَّهُ النَّاسُ وَذٰلِكَ يَوْمٌ مَّشْهُوْدٌ Inna fī żālika la'āyatal liman khāfa ażābal-ākhirahti, żālika yaumum majmūun, lahun-nāsu wa żālika yaumum masyhūdun. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut pada azab akhirat. Itu adalah hari ketika semua manusia dikumpulkan untuk dihisab dan itu adalah hari yang disaksikan oleh semua makhluk. وَمَا نُؤَخِّرُهٗٓ اِلَّا لِاَجَلٍ مَّعْدُوْدٍۗ Wa mā nu'akhkhiruhū illā li'ajalim madūdin. Kami tidak akan menundanya, kecuali sampai waktu yang sudah ditentukan. يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ اِلَّا بِاِذْنِهٖۚ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَّسَعِيْدٌ Yauma ya'ti lā takallamu nafsun illā bi'iżnihī, fa minhum syaqiyyuw wa saīdun. Ketika hari itu datang, tidak seorang pun yang berbicara, kecuali dengan izin-Nya. Maka, di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia. فَاَمَّا الَّذِيْنَ شَقُوْا فَفِى النَّارِ لَهُمْ فِيْهَا زَفِيْرٌ وَّشَهِيْقٌۙ Fa ammal-lażīna syaqū fa fin-nāri lahum fīhā zafīruw wa syahīqun. Adapun orang-orang yang sengsara, maka ia berada di dalam neraka. Di sana mereka mengeluarkan dan menarik nafas dengan merintih. خٰلِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ اِلَّا مَا شَاۤءَ رَبُّكَۗ اِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ Khālidīna fīhā mā dāmatis-samāwātu wal-arḍu illā mā syā'a rabbuka, inna rabbaka faālul limā yurīdu. Mereka kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki. ۞ وَاَمَّا الَّذِيْنَ سُعِدُوْا فَفِى الْجَنَّةِ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ اِلَّا مَا شَاۤءَ رَبُّكَۗ عَطَاۤءً غَيْرَ مَجْذُوْذٍ Wa ammal-lażīna suidū fa fil-jannati khālidīna fīhā mā dāmatis-samāwātu wal-arḍu illā mā syā'a rabbuka, aṭā'an gaira majżūżin. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka ia berada di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki yang lain sebagai karunia yang tidak putus-putusnya. فَلَا تَكُ فِيْ مِرْيَةٍ مِّمَّا يَعْبُدُ هٰٓؤُلَاۤءِ ۗمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا كَمَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُهُمْ مِّنْ قَبْلُ ۗوَاِنَّا لَمُوَفُّوْهُمْ نَصِيْبَهُمْ غَيْرَ مَنْقُوْصٍ ࣖ Falā taku fī miryatim mimmā yabudu hā'ulā'i, mā yabudūna illā kamā yabudu ābā'uhum min qablu, wa innā lamuwaffūhum naṣībahum gaira manqūṣin. Maka, janganlah engkau Nabi Muhammad ragu-ragu tentang kebatilan apa yang mereka sembah. Mereka tiada lain hanya menyembah sebagaimana nenek moyang mereka dahulu. Kami pasti akan menyempurnakan balasan mereka tanpa dikurangi sedikit pun. وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ فَاخْتُلِفَ فِيْهِ ۗوَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗوَاِنَّهُمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ Wa laqad ātainā mūsal-kitāba fakhtulifa fīhi, wa lau lā kalimatun sabaqat mir rabbika laquḍiya bainahum, wa innahum lafī syakkim minhu murībin. Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan Kitab Taurat kepada Musa, lalu ia kitab itu diperselisihkan. Seandainya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Tuhanmu bahwa orang-orang yang mendustakan Al-Qur’an akan ditunda penyiksaannya, niscaya telah dilaksanakan hukuman di antara mereka. Sesungguhnya mereka benar-benar dalam kebimbangan dan keraguan terhadapnya. وَاِنَّ كُلًّا لَّمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ اَعْمَالَهُمْ ۗاِنَّهٗ بِمَا يَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ Wa inna kullan lammā layuwaffiyannahum rabbuka amālahum, innahū bimā yamalūna khabīrun. Sesungguhnya kepada setiap yang berselisih itu Tuhanmu pasti akan memberi balasan secara penuh atas perbuatan mereka. Sesungguhnya Dia Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan. فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ Fastaqim kamā umirta wa man tāba maaka wa lā taṭgau, innahū bimā tamalūna baṣīrun. Maka, tetaplah di jalan yang benar, sebagaimana engkau Nabi Muhammad telah diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. وَلَا تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُۙ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ Wa lā tarkanū ilal-lażīna ẓalamū fa tamassakumun-nāru, wa mā lakum min dūnillāhi min auliyā'a ṡumma lā tunṣarūna. Janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga menyebabkan api neraka menyentuhmu, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ Wa aqimiṣ-ṣalāta ṭarafayin-nahāri wa zulafam minal-laili, innal-ḥasanāti yużhibnas-sayyi'āti, żālika żikrā liż-żākirīna. Dirikanlah salat pada kedua ujung hari pagi dan petang dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah. وَاصْبِرْ فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ Waṣbir fa innallāha lā yaḍīu ajral-muḥsinīna. Bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ اُولُوْا بَقِيَّةٍ يَّنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِى الْاَرْضِ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّنْ اَنْجَيْنَا مِنْهُمْ ۚوَاتَّبَعَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مَآ اُتْرِفُوْا فِيْهِ وَكَانُوْا مُجْرِمِيْنَ Fa lau lā kāna minal-qurūni min qablikum ulū baqiyyatiy yanhauna anil-fasādi fil-arḍi illā qalīlam mimman anjainā minhum, wattabaal-lażīna ẓalamū mā utrifū fīhi wa kānū mujrimīna. Maka, mengapa tidak ada di antara generasi sebelum kamu sekelompok orang yang mempunyai keutamaan yang melarang berbuat kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil, yaitu orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka? Orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ Wa mā kāna rabbuka liyuhlikal-qurā biẓulmiw wa ahluhā muṣliḥūna. Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya berbuat kebaikan. وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ Wa lau syā'a rabbuka lajaalan-nāsa ummataw wāḥidataw wa lā yazālūna mukhtalifīna. Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang satu. Namun, mereka senantiasa berselisih dalam urusan agama, اِلَّا مَنْ رَّحِمَ رَبُّكَ ۗوَلِذٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗوَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ Illā mar raḥima rabbuka, wa liżālika khalaqahum, wa tammat kalimatu rabbika la'amla'anna jahannama minal-jinnati wan-nāsi ajmaīna. kecuali orang yang dirahmati oleh Tuhanmu. Menurut kehendak-Nya itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat keputusan Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan pendurhaka dari kalangan jin dan manusia semuanya.” وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ وَجَاۤءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ Wa kullan naquṣṣu alaika min ambā'ir-rusuli mā nuṡabbitu bihī fu'ādaka wa jā'aka fī hāżihil-ḥaqqu wa mauiẓatuw wa żikrā lil-mu'minīna. Semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu Nabi Muhammad, yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah diberikan kepadamu segala kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin. وَقُلْ لِّلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْۗ اِنَّا عٰمِلُوْنَۙ Wa qul lil-lażīna lā yu'minūnamalū alā makānatikum, innā āmilūna. Katakanlah Nabi Muhammad kepada orang-orang yang tidak beriman, “Berbuatlah menurut kemampuanmu. Kami pun benar-benar akan berbuat seperti demikian وَانْتَظِرُوْاۚ اِنَّا مُنْتَظِرُوْنَ Wantaẓirū innā muntaẓirūna. dan tunggulah. Sesungguhnya kami pun menunggu.” وَلِلّٰهِ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاِلَيْهِ يُرْجَعُ الْاَمْرُ كُلُّهٗ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ࣖ Wa lillāhi gaibus-samāwāti wal-arḍi wa ilaihi yurjaul-amru kulluhū fabudhu wa tawakkal alaihi, wa mā rabbuka bigāfilin ammā tamalūna. Milik Allahlah pengetahuan tentang yang gaib di langit dan di bumi. Kepada-Nyalah segala urusan dikembalikan. Maka, sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.

ArabLatin: wa ilā ṡamụda akhāhum ṣāliḥā, qāla yā qaumi'budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, huwa ansya`akum minal-arḍi wasta'marakum fīhā fastagfirụhu ṡumma tụbū ilaīh, inna rabbī qarībum mujīb. Artinya: 61. Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh.

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID nC5-fiLiSNQAs9QBQvVKSvqS7l-xlyXUQHq4aOB7yq6Hp_YuRmjWg==
SuratHud adalah ayat ke 123. Yang mana pada ayat ini dijelaskan bahwasanya segala sesuatu dan urusan di bumi dan di langit baik yang nampak maupun tidak Allah maha mengetahui. Baca Juga: Arti Perkata Surah Al-Hasyr Ayat 18, Teks Arab, Latin, Terjemah Indonesia. Serta segala apapun yang ada pada hakikatnya akan kembali lagi kepada Allah pada
قَالَ رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ Arab-Latin Qāla rabbi innī a'ụżu bika an as`alaka mā laisa lī bihī 'ilm, wa illā tagfir lī wa tar-ḥamnī akum minal-khāsirīnArtinya Nuh berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui hakekatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi". Hud 46 ✵ Hud 48 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Berharga Terkait Surat Hud Ayat 47 Paragraf di atas merupakan Surat Hud Ayat 47 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan pelajaran berharga dari ayat ini. Didapatkan kumpulan penjelasan dari berbagai ulama mengenai kandungan surat Hud ayat 47, sebagiannya seperti termaktub📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaNuh berkata, ”wahai tuhanku, sesungguhnya aku memohon keselamatan dan mengharap perlindungan kepadaMu dari memohon kepadaMu sesuatu yang aku tidak memiliki pengetahuan. Dan jika Engkau tidak mengampuni dosaku dan merahmatiku dengan rahmatMu, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang memperdayai diri mereka hingga kehilangan kebaikan-kebaikannya dan akhirnya binasa.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram47. Nuh -'alaihissalām- berkata, "Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku meminta pertolongan-Mu dan perlindungan-Mu dari meminta sesuatu yang tidak kuketahui duduk persoalannya. Jika Engkau tidak berkenan mengampuni dosaku dan menyayangiku dengan kasih sayang-Mu, niscaya aku akan termasuk orang yang merugi di Akhirat nanti."📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah47. Nuh berkata “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu agar tidak memohon sesuatu yang tidak aku miliki ilmunya. Dan jika Engkau tidak mengampuniku dengan karunia-Mu dan tidak merahmatiku dengan rahmat-Mu yang Maha Luas, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah47. قَالَ رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ Nuh berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui Sesuatu yang tidak aku ketahui kebenaran dan kebolehannya. وَإِلَّا تَغْفِرْ لِىDan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku Atas kesalahanku telah memohon hal itu tanpa ada pengetahuan dariku. وَتَرْحَمْنِىٓ dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku Dengan rahmat-Mu, dan tidak menerima taubatku. أَكُن مِّنَ الْخٰسِرِينَ niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi Dalam amal perbuatanku sehingga aku tidak mendapatkan keuntungan darinya.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah47. Nuh menjawab dengan berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui hakekatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi”.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahNuh berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu} Aku memohon perlindungan dan pertolongan kepadaMu {dari memohon sesuatu yang tidak aku ketahui. Jika Engkau tidak mengampuniku dan mengasihiku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H47. pada saat itu Nuh sangat menyesal atas apa yang dilakukannya, dan Nuh berkata "ya Rabbku sesungguhnya aku berlindung kepadaMu untuk memohon sesuatu yang aku tiada mengetahui hakikatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang orang yang merugi”. Maka dengan ampunan dan rahmat, seorang hamba selamat dari kerugian. ini menunjukan bahwa Nuh tidak memiliki ilmu bahwa pertanyaannya kepada Allah tentang anaknya adalah haram dan termasuk kedalam firman Allah “dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang orang yang zhalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan” akan tetapi ada perkara yang bertentangan dengannya, dia mengira ia masuk kedalam FirmanNya, ”dan keluargamu” dan setelah itu, jelaslah baginya bahwa ia termasuk kedalam larangan terhadap mendoakan mereka dan mengulag ulangnya untuk mereka.📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna ayat Nabi Nuh menjawab رب “Wahai Rabbku, إني أعوذ بك aku berlindung kepada-Mu أن أسألك –dari saat ini—untuk memohon sesuatu yang tidak aku ketahui. Seandainya Engkau tidak mengampuniku dan merahmatiku, أكن من الخاسرين tentu aku akan menjadi orang-orang yang kehilangan keberuntungan, lantas binasa. Pelajaran dari ayat • Keutamaan Nabi Nuh, bahwa ia satu dari para Rasul Ulul Azmi.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Hud ayat 47 Terhadap kelalaianku. Yakni tanpa ampunan Allah dan rahmat-Nya seorang hamba menjadi orang yang rugi. Nabi Nuh alaihis salam tidak mengetahui bahwa permohonannya agar anaknya yang kafir diselamatnya adalah haram, bahkan melakukan perkara yang dilarang Allah dalam firman-Nya, “Dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” lih. Ayat 37, ia mengira permohonannya itu boleh karena anaknya yang kafir termasuk keluarganya yang dijanjikan akan diselamatkan. Namun setelah mendapat teguran Allah, jelaslah bahwa permohonan tersebut termasuk yang dilarang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Hud Ayat 47Setelah Allah memperingatkan nabi nuh untuk tidak memohonkan keselamatan dan ampunan bagi putranya yang kafir, dan nabi nuh pun menyadari kekeliruannya, kemudian dia nabi nuh berkata, ya tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepadamu sesuatu yang aku tidak mengetahui hakikatnya. Kalau sekiranya engkau tidak mengampuni kesalahan dan dosaku yang lalu, sekarang, dan mendatang, dan tidak pula menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk golongan orang yang rugi dan jauh dari rahmat-Mu. Para nabi memohon ampunan atas kesalahan yang dilakukan, sekalipun apa yang dilakukan itu di luar pengetahuannya, karena khawatir akan pengaruh dosa yang dilakukan jika Allah tidak mengampuninya. Setelah nabi nuh memohon ampunan kepada Allah, dan Allah menerima ampunan nabi nuh serta menyelamatkannya dari bencana, lalu difirmankan kepadanya, wahai nabi nuh! turunlah bersama keluarga dan pengikutmu dari kapal ini dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari kami, bagimu dan bagi semua umat mukmin yang ikut bersamamu maupun umat-umat yang datang sesudahmu sampai hari kiamat. Dan ada pula umat-umat yang datang sesudahmu akan kami beri kesenangan dalam kehidupan dunia, tetapi karena mereka durhaka, maka tidak memperoleh keselamatan dan keberkahan, kemudian mereka akan ditimpa azab kami di dunia dan akhirat atau di akhirat saja dengan siksa yang dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian variasi penafsiran dari beragam ulama tafsir mengenai kandungan dan arti surat Hud ayat 47 arab-latin dan artinya, moga-moga memberi kebaikan untuk ummat. Dukunglah usaha kami dengan memberi hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan Konten Paling Sering Dikunjungi Tersedia banyak topik yang paling sering dikunjungi, seperti surat/ayat Al-Muthaffifin, Al-Humazah, Al-Ma’idah 48, An-Nisa, Al-Fatihah 5, Al-Fatihah 4. Ada juga At-Tin 4, At-Taubah, An-Nahl 114, Al-Anbiya 30, Al-A’raf 54, Ali Imran 190. Al-MuthaffifinAl-HumazahAl-Ma’idah 48An-NisaAl-Fatihah 5Al-Fatihah 4At-Tin 4At-TaubahAn-Nahl 114Al-Anbiya 30Al-A’raf 54Ali Imran 190 Pencarian allah mengajarkan manusia hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia dengan, surat at thalaq ayat 2 3 ayat seribu dinar, al ashr artinya adalah, surat surah al imran ayat 1 Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
evRh8fN.
  • 3597t43hik.pages.dev/300
  • 3597t43hik.pages.dev/317
  • 3597t43hik.pages.dev/118
  • 3597t43hik.pages.dev/326
  • 3597t43hik.pages.dev/292
  • 3597t43hik.pages.dev/247
  • 3597t43hik.pages.dev/370
  • 3597t43hik.pages.dev/252
  • 3597t43hik.pages.dev/54
  • surat al hud latin